nasional

BKKBN Fokus Tangani Masalah Stunting di Banten

Senin, 7 Maret 2022 | 22:21 WIB
BKKBN saat diwawancarai wartawan (Tim Topmedia 03)

TOPMEDIA.CO.ID - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat, berdasarkan data dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, bahwa Kabupaten Pandeglang merupakan satu-satunya dari delapan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Banten yang prevalensi stunting berada pada zona merah dengan persentase 37,8 persen. 

Hal itu diungkapkan oleh Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) BKKBN, Eni Gustina saat konferensi pers usai sosialisasi Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia (RAN PASTI) Senin 7 Maret  2022.

Turut hadir Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Suprapto, Asda I Pemprov Banten Septo Kalnadi, Walikota Serang Syafrudin, Wakil Bupati Pandeglang Tanto Warsono Arban, dan perwakilan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Banten.

Baca Juga: Ringankan Beban Sanak Saudara, HIPPMA Salurkan Donasi Korban Banjir

Eni Gustina mengatakan, berdasarkan data dari SSGI 2021, terdapat beberapa daerah di Banten yang tergolong dalam zona stunting kuning dan hijau. 

Yakni Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, Kota Serang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Cilegon. Kemudian Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang berada pada kategori hijau. Sementara Kabupaten Pandeglang berada di zona merah yang menduduki posisi nomor 26 dari 246 kabupaten/kota di 12 provinsi yang memiliki prevalensi stunting tertinggi. 

“Tapi karena ini dilihatnya satu provinsi maka harus saling mengisi antara satu kabupaten/kota dan lainnya. Sementara yang sudah hijau kita upayakan agar gizi anak-anaknya lebih baik, berharapnya bisa biru, yang kuning juga agar hijau,” katanya kepada awak media.

Baca Juga: Hati Hati Mandikan Dede Bayi, Bisa Rusak Sel Darah Putih, Begini Anjuran Dokter

Tak hanya itu, hasil survei SSGI tersebut, terdapat 294.862 balita kerdil di Banten. Angka ini menempatkan Banten sebagai provinsi kelima terbesar yang memiliki balita kerdil setelah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sumatera Utara.

“Namun secara keseluruhan angka prevalensi stunting ini terus menurun, di 2018 masih di 29 persen, kemudian  di 2019 mencapai 27,7 persen, dan terakhir dari SSGI 2021 ini menurun 24,4 persen,” ujarnya. 

Ia mengaku, tingginya angka stunting diakibatkan oleh nutrisi atau konsumsi makan yang kurang dalam jangka waktu yang lama. Sehingga menyebabkan berat badan yang kurang, serta tinggi badan yang kurang dari kata ideal.

Baca Juga: 29 Hari Go To Ramadhan, Ustadz Hanan Attaki Anjurkan Hal Berikut

Bahkan kondisi tersebut juga akan mempengaruhi terhadap perkembangan otak sang anak. 

“Artinya daya fikirnya kurang, daya saingnya kurang, sehingga kita akan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) di Banten yang akan menggantikan Gubernur Bupati, kalau tidak berkualitas nanti seperti apa,” terangnya.

Halaman:

Tags

Terkini