Cara Menumbuhkan Kedermawanan, Begini Isi Khutbah Jumat Versi NU

photo author
- Jumat, 20 Januari 2023 | 16:45 WIB
Ilustrasi seorang tentara berbagai makanan kepada seorang anak (Pexels)
Ilustrasi seorang tentara berbagai makanan kepada seorang anak (Pexels)

TOPMEDIA - Halo guys ini hari yang cocok untuk menumbuhkan sifat dermawan karena dibilang sebagai Jumat Berkah, sebagaimana dijelaskan pada khutbah Jumat kali ini. 

Dikutip pada Web @nu.co.id, Jumat 20 Januari 2023, pada khutbah Jumat menerangkan tentang menumbuhkan sifat dermawan seseorang, bisa dimulai pada Jumat berkah. 

Sebelum memasuki ruang kelas, pada khutbah Jumat mari kita perhatikan kisah ini terlebih dahulu:

Baca Juga: RM BTS Diejek Oleh Army Internasional Gara-gara Jimin!

وسئل الإمام أحمد عن الرجل يكون معه ألف دينار هل يكون زاهد؟ قال: نعم بشرط أن لا يفرح إذا زادت ولا يحزن إذا نقصت.

Artinya: “Imam Ahmad ditanya tentang seseorang yang memiliki (uang) seribu dinar, apakah orang tersebut seorang zahid?” Ia menjawab: “Iya, dengan syarat ia tidak senang saat (uangnya) bertambah, dan tidak sedih saat (uangnya) berkurang.” (Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, ‘Iddah al-Shâbirîn wa Dzakhîrah al-Syâkirîn, Beirut: Dar al-Arqam, 2016, hlm. 213) 

Kenapa kisah di atas perlu diperhatikan? Dijelaskan pada khutbah Jumat, karena ada hal yang perlu kita tambah dan tingkatkan dalam puasa kita. 

Penjelasan khutbah Jumat begini, setiap puasa kita hanya terpaku pada menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan badan, tapi kita kurang dalam hal “penahanan yang aktif” yang berwujud dalam dermawan atau pemberian. Berderma atau bersedekah bukan persoalan mudah. Dibutuhkan sesuatu yang lebih dari sekadar kaya dan mampu. Dibutuhkan “pertahanan aktif” yang kuat, yang bisa memaksa seseorang bertahan dari kekikiran, ketidaktulusan dan rasa eman-nya.

Baca Juga: Khutbah Jumat Tentang Akhlak dalam Bermedia Sosial Versi NU, Lengkap Ayat Quran dan Hadist

Tidak jarang orang yang sudah berlimpah harta, tapi enggan menjadi dermawan. Ia tidak bisa mempertahankan diri dari kekikirannya. 

Karena itu, kisah di atas perlu diperhatikan, bahwa tidak masalah seseorang itu kaya sekaya-kayanya, selama bertambahnya harta tidak membuatnya senang, dan berkurangnya harta tidak menyusahkan hatinya. 

Jika perasaan ini sudah membias dalam diri, maka ia bisa disebut orang yang “zahid”, orang yang bisa menahan keberatannya untuk bersedekah. Berkurangnya harta tidak menyedihkannya, bertambahnya pun tidak menyenangkannya. Dengan kata lain, tidak membuatnya terlena.

Baca Juga: Lowongan Kerja Terbaru PT Armada Berjaya Trans Tbk Penempatan Cakung Jakarta Timur, Cek Posisinya Disini!

Tentu, untuk sampai ke maqam ini tidaklah mudah. Dipenuhi ragam serangan keberatan, ke-eman-an, dan kekikiran. Bahkan mungkin, orang yang sudah mencapainya pun akan terus berjuang dan bertahan dari “daya lena” yang dimiliki harta. Maka, diperlukan pertahanan aktif untuk menahan “daya lena”nya. 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Febi Sahri Purnama

Sumber: NU

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X