muslim

Popularitas Syekh Nawawi Sang Iman dan Pengajar di Masjidil Haram Mekkah

Kamis, 10 Maret 2022 | 18:07 WIB
foto Syekh Nawawi Al Bantani (foto: perpustakaan banten)

Ketika berusia 5 tahun, Syekh Nawawi bersama saudara-saudaranya mendapat pendidikan agama langsung dari ayahandanya. Ilmu-ilmu yang dipelajari meliputi pengetahuan dasar bahasa Arab, fikih, tauhid dan tafsir.

Setelah 3 tahun belajar pengetahuan-pengetahuan dasar tersebut, Syekh Nawawi kemudian menimba ilmu ke beberapa pesantren di Jawa. Bersama kedua saudaranya, Tamim dan Ahmad. Nawawi muda berguru kepada Kiai Sahal, seorang ulama Banten yang terkenal pada saat itu.

Setelah merasa cukup belajar pada Kiai Sahal, ia dan kedua adiknya merantau dan berguru lagi kepada Raden Haji Yusuf di Purwakarta.

Baca Juga: Minta Gubernur Banten Tengok Korban Banjir, Wakil Ketua Dewan : Kota Serang Ini Ibu Kota Banten


Pergi ke Mekkah
Beberapa alasan yang membuat Syekh Nawawi pergi ke Mekkah adalah, pertama, keinginan untuk menunaikan ibadah haji. Kedua, keinginan untuk mencari ilmu.

Sebagaimana diketahui, bahwa sejak kecil Syekh Nawawi memiliki kemauan yang tinggi dalam hal belajar. Apalagi dengan mempertimbangkan keberadaan kota Mekkah saat itu- bahkan juga kini- adalah merupakan kota penting bagi umat Islam.

Selain Mekkah menjadi tempat ibadah mulia dalam Islam tetapi juga merupakan pusat pendidikan agama. Ketiga, situasi dan kondisi tanah air yang tidak kondusif bagi perkembangan keilmuan dan keagamaan. Pada saat itu, campur tangan pemerintah kolonial Belanda dalam kehidupan sosial agama masyarakat sangat kuat. Setiap gerak gerik umat Islam selalu diawasi dan dibatasi oleh mereka.

Selama di Mekkah, Syekh Nawawi menimba ilmu kepada beberapa ulama yang bertempat tinggal di Masjidil Haram.

Di situ, Syekh Nawawi memperdalam banyak fan ilmu, seperti ilmu kalam, bahasa dan sastra Arab, ilmu hadits, tafsir, usul fikih dan lain-lain. Setelah sekitar 30 tahun menimba ilmu dari ulama-ulama di Mekkah, Madinah, Mesir dan Syiria, Syekh Nawawi mendapat banyak pembendaharaan ilmu keagamaan serta mendapat pengalaman-pengalaman yang relatif cukup memadai untuk menjadi seorang ulama dan guru besar di Masjidil Haram.

Dengan bekal ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya, maka pada tahun 1860 M., Syekh Nawawi mulai aktif mengajar setiap hari di Masjidil Haram.

Baca Juga: Buka Rakernis, Kapolri Tekankan Brimob Harus Jadi Teladan di Masyarakat dan Institusi


Mengajar, Mengarang dan Menjadi Imam di Masjidil Haram
Selama mengajar di Masjidil Haram, Syekh Nawawi dikenal sebagai seorang guru yang simpatik, komunikatif, mudah difahami penjelasannya dan sangat dalam ilmunya sehingga membuat para muridnya berbondong-bondong dari seluruh penjuru dunia datang kepadanya untuk menimba ilmu, dan sebagian besar berasal dari Indonesia.

Di antara ulama-ulama Indonesia yang berasal dari Indonesia atau Jawa yang dianggap paling poluler di Mekkah adalah Syekh Nawawi Al-Bantani dan Syekh Akhmad Khatib Al-Minangkabawi.

Di samping mengajar, mengarang dan menjadi Imam di Masjidil Haram, Syekh Nawawi juga tidak luput memantau perkembangan sosial politik di Tanah Air melalui para muridnya yang berasal dari Indonesia, dan juga tak ketinggalan ia turut serta menyumbangkan ide-ide dan pemikirannya untuk kemajuan masyarakat Indonesia.

Baca Juga: BLT Ditukar Sembako, Wakil Ketua Dewan Kota Serang : Usut Tuntas, Walikota Serang Harus Tegas

Halaman:

Tags

Terkini