Lebih dari itu, beliau menyebut fenomena sebagian pengkaji Sunnah di zamannya yang menganggap pengabdian pada kitab-kitab Sunnah bisa dilakukan dengan membuang sanad-sanadnya.
Di era kebebasan informasi saat ini, ilmu Sunnah terutama ilmu takhrij semakin dibutuhkan oleh pencari ilmu maupun peneliti Islam dalam menjaga sikap selektif terhadap sumber informasi, keilmuan, terutama hadis-hadis Nabi.
Pengajar Ilmu Sunnah Universitas al-Azhar Dr. Samih Abdallah dalam kitabnya “Thuruq at-Takhrij wa Qawa’iduhu” menyatakan bahwa Takhrij tidak hanya menunjukkan letak hadis dalam kitab-kitab sumber asli (primer), melainkan juga derajat hadis antara keberterimaan dan ketertolakannya.
Ini merupakan manfatat terpenting, disamping untuk memahami pandangan para ulama terkait kritik periwayat dan hadis serta untuk mengumpulkan jalur-jalur riwayat agar bisa ditindaklanjuti, dinilai dan klasifikasikan.
Takrij juga bermanfaat untuk memastikan status riwayat yang didengar langsung atau tidak langsung dalam riwayat-riwayat mudallisin (manipulator) serta kondisi tersambung atau terputusnya sebuah sanad.
Lebih dari itu, takhrij berguna untuk memahami nasikh (penganulir) hadis dan mansukhnya, perbedaan lafadz asli riwayat dan tambahannya, illat (kejanggalan) berita, spekulasi dan kesalahan periwayat (narator/reporter), termasuk sebab kemunculan dan kondisi-kondisi hadis yang diperselisihan sumbernya serta penerapan ilmu hadis dalam mencari pemahaman yang akurat, mendekatkan manhaj para muhaddis yang beragam serta mendekatkan Sunnah kepada umat Islam sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Imam Nawawi.
Baca Juga: Jelang Pemilu 2024, Perhatikan Surat An Nisa Ayat 58, Bunyinya Tegas Jangan Pilih Koruptor
Dalam perkembangan dunia keilmuan akademik, Ilmu hadis kemudian menginspirasi munculnya ilmu-ilmu penelitian terutama yang bertumpu pada nalar empiris yang mengacu kepada penangkapan pesan melalui indera sebagaimana pesan yang didengar dari Rasulullah Saw atau dipahami dengan melihat perbuatan Ralulullah.
Shalat yang diamalkan oleh umat Islam sampai sekarang merupakan hasil dari sanad pewaris para Nabi Muhammad SAW yang melihat secara berantai bagaimana Rasulullah menjalankan Shalat. Rasulullah SAW bersabda; “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat Saya Shalat”.
Di tengah menjamurnya berita hoax dan manipulasi yang menjadi konsekuensi perkembangan teknologi, melestarikan majelis Sunnah bermanfaat untuk menjaga keaslian pesan, pemahaman, perbuatan dan akhlak mulia yang diwariskan oleh Rasulullah SAW.
Disamping orang yang banyak membaca hadis, secara otomatis dia akan banyak menyebut nama Nabi sekaligus bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya.***