Jangan Merasa Pintar dan Hebar, Menafsirkan Hadist dan Al Quran Berdasarkan Akal Saja, Neraka!

photo author
- Jumat, 10 Maret 2023 | 15:16 WIB
Ilustrasi sedang berdebat (Foto: pixabay.com)
Ilustrasi sedang berdebat (Foto: pixabay.com)

Kaitannya dengan ini, Imam As-Suyuti dalam Al-Itqan menjelaskan beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam melakukan tafsir bi al ra’yi sebagai berikut:

Pertama, mendahulukan kutipan dari Rasulullah (hadits) dengan hati-hati, yakni menghindari hadits dhaif dan maudlu’. Apalagi jika berkaitan dengan istibath hukum, maka harus merujuk hadits yang shahih.

Kedua, mengambil pendapat para sahabat ketika masih ada. Sebelum menafsirkan dengan pendapat pribadi, maka seorang mufassir harus mengambil pendapat dari para sahabat.

Langkah tersebut sangat dianjurkan karena pendapat sahabat secara mutlak seperti hadits marfu’. Sehingga, dapat dipertanggung jawabkan serta dapat dijadikan dalih.

Ketiga, memahami tata bahasa arab serta mampu meneliti susunannya dengan sangat baik. Kemampuan menguasasi tata bahasa Arab dengan baik menjadi syarat mutlak seseorang yang hendak menafsirkan ayat Alquran.

Baca Juga: Waspadai Hak Tetangga, Bisa Jadi Ahli Ibadah Sekalipun Bisa Mental di Mata Allah SWT, Ini Penjelasannya!

Keempat, mengetahui kaidah dasar syariah. Ibnu Abbas pernah didoakan Rasullah dalam sebuah hadist, “Rasulullah bersabda: Ya Allah berikanlah dia (Ibnu Abbas) pemahaman tentang agama dan berilah dia ilmu takwil” (HR. Ahmad).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hadits tentang ancaman bagi orang yang berpendapat/menafsirkan Alquran dengan akal adalah diperuntukkan kepada orang yang hanya mengandalkan logika yang tidak didasarkan pada prinsip dan ketentuan ijtihad yang benar.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Beni Hendriana

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X