TOPMEDIA.CO.ID - Ada yang pernah dengar istilah "bubuk kayu dicampur air"? Bukan resep minuman eksotis, tapi sebuah isu panas yang sedang bergulir di PLTU Banten 2 Labuan.
Konon, ada permainan kotor dalam pengadaan biomassa di sana, dan supir truk jadi saksinya. Bagaimana bisa bahan bakar alternatif untuk PLTU malah dicampur-campur begitu?
Pada awalnya, pengadaan biomassa di PLTU Banten 2 Labuan tampak seperti solusi jitu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Namun, semakin dalam ditelusuri, semakin banyak kejanggalan yang terungkap.
Salah satu supir truk, sebut saja Budi (bukan nama sebenarnya), mengaku sering melihat bubuk kayu yang seharusnya menjadi bahan bakar utama, dicampur air sebelum diangkut ke PLTU Banten 2 Labuan.
Baca Juga: Meriahkan Hari Santri, Ponpes Terpadu Bismillah Ajak Santri Ziarah Akbar
"Kami disuruh angkut bubuk kayu ini, tapi sering kali sudah dicampur air dulu," ungkap Budi kepada TOPMedia.co.id, Kamis (24/10/2024).
"Bubuk kayu yang basah itu bukan cuma berat di kami yang angkut, tapi juga kualitasnya pasti turun," lanjutnya.
Masalah ini bukan sekadar tentang efisiensi energi, tapi juga tentang transparansi dan integritas proses pengadaan.
Humas PLTU Banten 2 Labuan, Shandy saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp terkait dugaan biomassa yang dicampur dengan air tidak memberikan respon.
Begitu pula saat dihubungi melalui telepon seluler, tidak juga mendapatkan jawaban.
Beberapa pihak menduga, ini lebih pada permainan volume demi keuntungan tertentu.
Salah satunya, Agung (43) warga Pagelaran, Kabupaten Pandeglang mengatakan bahwa bubuk kayu (Biomassa) yang tercampur air tentu lebih berat, sehingga dalam laporan pengiriman terlihat lebih banyak dari jumlah sebenarnya.
"Apakah ada motif tersembunyi di balik praktik ini? Apakah keuntungan materi menjadi pendorong utama di balik semua ini?," ungkap Agung yang merupakan anggota LSM Setempat.