TOPMEDIA.CO.ID — Desa kini dipandang tidak lagi sekadar sebagai objek pembangunan, melainkan sebagai aktor utama yang menentukan keberhasilan agenda pembangunan berkelanjutan.
Pandangan tersebut mengemuka dalam Webinar Nasional dan Diseminasi Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) bertema “Desa sebagai Penggerak Pembangunan Berkelanjutan: Inovasi, Kolaborasi, dan Transformasi Tata Kelola” yang digelar Universitas Pamulang (UNPAM) Kampus PSDKU Serang, Kamis (18/12/2025), secara daring.
Kegiatan yang diinisiasi Program Studi Administrasi Negara UNPAM Kampus Serang ini diikuti sekitar 300 peserta dari kalangan mahasiswa, dosen, aparatur desa, hingga praktisi pembangunan. Antusiasme peserta mencerminkan meningkatnya kesadaran bahwa desa merupakan ruang strategis dalam menentukan arah pembangunan nasional, termasuk pencapaian SDGs Desa.
Baca Juga: Ketika Keadilan Hanya Milik yang Mampu
Webinar dibuka oleh Direktur UNPAM PSDKU Serang, Imam Sofi’i, S.E., S.Ag., M.Pd., yang menekankan pentingnya peran perguruan tinggi dalam menghadirkan dampak nyata bagi masyarakat. Menurutnya, desa harus diposisikan sebagai mitra strategis kampus sekaligus ruang pembelajaran sosial bagi penerapan riset dan pengabdian yang kontekstual.
“Penguatan tata kelola desa perlu diarahkan pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia, transparansi pengelolaan keuangan, serta peningkatan kualitas pelayanan publik,” ujar Imam.
Ketua Program Studi Administrasi Negara UNPAM Kampus Serang, Zakaria Habib Al-Ra’zie, menyatakan kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen prodi dalam menjalankan tridarma perguruan tinggi. Ia menilai keterlibatan dosen dan mahasiswa penting untuk merespons persoalan publik di tingkat desa secara aplikatif dan berkelanjutan.
Sementara itu, Ketua Pelaksana kegiatan, Jaka Maulana, S.A.P., M.A.P., menjelaskan bahwa webinar dirancang sebagai ruang kolaborasi antara akademisi dan praktisi desa. Selain diskusi konseptual, forum ini juga menghadirkan praktik-praktik pengabdian dosen yang telah dilakukan di berbagai desa.
“Kami berharap sinergi kampus dan desa tidak berhenti pada forum diskusi, tetapi berlanjut menjadi kerja kolaboratif yang menghasilkan perubahan nyata,” kata Jaka.
Dalam sesi pemaparan, Ketua APDESI Merah Putih Provinsi Banten sekaligus Kepala Desa Kertasana, Uhadi, S.H., menyoroti pentingnya inovasi desa berbasis digital dan transformasi tata kelola pemerintahan desa. Ia menekankan optimalisasi Dana Desa melalui penguatan BUMDes, pengembangan ekonomi lokal, peningkatan kapasitas SDM, serta pemanfaatan Sistem Informasi Desa untuk mendorong pelayanan publik yang transparan dan akuntabel.
Baca Juga: OJK Banten Konsen Pada Literasi Keuangan Digital, Materi Economic Outlook 2026
Namun, Uhadi juga mengingatkan sejumlah tantangan, seperti keterbatasan SDM digital dan rendahnya pemahaman aparatur desa terhadap keterbukaan informasi. “Modernisasi desa harus dibangun di atas kapasitas manusia dan sistem kerja, bukan sekadar pengadaan teknologi,” tegasnya.
Dari sisi akademik, Dr. Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si., dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, menegaskan pergeseran paradigma pembangunan desa. Menurutnya, desa kini menjadi subjek utama pembangunan berkelanjutan, sehingga inovasi dan kolaborasi lintas-aktor menjadi kunci penyelesaian persoalan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Sementara itu, Akademisi UNPAM Kampus Serang, Heru Wahyudi, S.IP., M.Si., menyoroti pentingnya kolaborasi desa dan perguruan tinggi dalam penguatan tata kelola berbasis data serta pengukuran dampak pembangunan. Ia menilai masih banyak desa menghadapi tantangan perencanaan yang belum berbasis data dan inovasi yang belum terlembagakan.
Artikel Terkait
Komunitas Prabu Anak Muda di Unyur Lakukan Gerakan Bersih Bersih Masjid
Ibukota Banten Diklaim Bebas Banjir, Walikota Serang Pantau Langsung Ditengah Malam
OJK Banten Konsen Pada Literasi Keuangan Digital, Materi Economic Outlook 2026
Inflasi Banten 2,56 Persen Lebih Rendah dari Nasional, Ini Penjelasan BI Banten
Antara Kepastian Hukum dan Rasa Keadilan: Problematika Putusan Pengadilan dalam Sengketa Keluarga Publik Figur di Era Digital
Keadilan sebagai Hak, Bukan Kemewahan
Ketika Keadilan Hanya Milik yang Mampu