Korupsi Bandung Smart City: Menguak Jaringan Korupsi Dibalik Inovasi

photo author
- Minggu, 15 Desember 2024 | 20:47 WIB
Yayu Angraeni (Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Pamulang PDSKU Serang) (Topmedia.co.id/Istimewa)
Yayu Angraeni (Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Pamulang PDSKU Serang) (Topmedia.co.id/Istimewa)

Penulis: Yayu Angraeni (Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Pamulang PDSKU Serang)

TOPMEDIA.CO.ID - Kasus korupsi yang melibatkan proyek Bandung Smart City menjadi salah satu isu sentral yang mencuri perhatian publik saat ini.

Proyek ini seharusnya menjadi contoh kemajuan dan inovasi dalam pemerintahan kota, namun kenyataannya menunjukkan tantangan serius yang dihadapi dalam pengelolaan dana publik. Berikut adalah analisis lebih dalam mengenai kasus ini.

1. Konsep dan Harapan Bandung Smart City

Bandung Smart City diluncurkan dengan harapan untuk menciptakan sistem pemerintahan yang lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

Baca Juga: Menggali Kembali Nilai-nilai Pancasila: Suara Generasi Milenial di Era Globalisasi

Inisiatif ini bertujuan untuk mengintegrasikan teknologi informasi dalam pengelolaan kota, yang mencakup layanan publik, transportasi, hingga keamanan. Harapan besar ini tidak hanya untuk mendigitalisasi pemerintahan, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup warga Bandung.

2. Pemberitaan Kasus Korupsi

Namun, berita tentang kasus korupsi yang melibatkan proyek ini telah mengubah pandangan masyarakat.

Penyelidikan terhadap penyalahgunaan anggaran dan dugaan kolusi antara pejabat pemerintah dan kontraktor menunjukkan adanya celah dalam pengawasan dan akuntabilitas.

Baca Juga: Kegunaan Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) untuk Anak Sekolah

Kasus ini mencerminkan bahwa meskipun proyek tersebut memiliki potensi besar, tanpa pengelolaan yang baik, hal itu dapat berujung pada kerugian besar bagi negara dan masyarakat.

3. Dampak Sosial dan Ekonom

Dampak dari kasus korupsi ini sangat luas. Dari sisi sosial, masyarakat mulai kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah. Ketidakpuasan ini dapat menyebabkan apatisme dan bahkan protes sosial.

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Stop Membunuh Buah Hati Anda

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Febi Sahri Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ketika Keadilan Hanya Milik yang Mampu

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:55 WIB

Keadilan sebagai Hak, Bukan Kemewahan

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:51 WIB
X