Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah mewanti-wanti kita untuk berhati-hati dengan waktu luang. Manusia sangat mungkin tertipu dengan waktu luang yang dia miliki. Oleh karena itu, hendaklah kita waspada terhadap hal ini.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Ù†ÙØ¹Ù’مَتَان٠مَغْبÙونٌ ÙÙيهÙمَا ÙƒÙŽØ«Ùيرٌ Ù…Ùنْ Ø§Ù„Ù†Ù‘ÙŽØ§Ø³Ù Ø§Ù„ØµÙ‘ÙØÙ‘ÙŽØ©Ù ÙˆÙŽØ§Ù„Ù’ÙَرَاغÙ
“Dua kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu pada keduanya adalah kesehatan dan waktu luang” (HR. Bukhari no. 5933).
Apabila kita tidak memikirkan hal ini, maka dikhawatirkan kita akan terus menerus berada di tepi jurang kemaksiatan yang akan merugikan diri kita sendiri. Maka sudah sepantasnya kita merenungi segala amal, tutur kata, tingkah laku, dan segala perbuatan kita. Apakah semua itu berhubungan dengan kebaikan dunia dan akhirat kita? Atau bahkan sebaliknya? Allah Ta’ala berfirman,
يَا Ø£ÙŽÙŠÙّهَا الَّذÙينَ Ø¢ÙŽÙ…ÙŽÙ†Ùوا اتَّقÙوا اللَّهَ ÙˆÙŽÙ„Ù’ØªÙŽÙ†Ù’Ø¸ÙØ±Ù’ Ù†ÙŽÙْسٌ مَا قَدَّمَتْ Ù„ÙØºÙŽØ¯Ù وَاتَّقÙوا اللَّهَ Ø¥ÙÙ†ÙŽÙ‘ اللَّهَ خَبÙيرٌ بÙمَا تَعْمَلÙونَ .وَلَا تَكÙونÙوا كَالَّذÙينَ نَسÙوا اللَّهَ ÙَأَنْسَاهÙمْ أَنْÙÙØ³ÙŽÙ‡Ùمْ Ø£ÙولَئÙÙƒÙŽ Ù‡Ùم٠الْÙَاسÙÙ‚Ùونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik” (QS. Al-Hasyr: 18-19).
Memanfaatkan waktu terhindar dari kemunafikan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah menegaskan para sahabat ridhwanullah ‘alaihim; generasi terbaik umat Islam, layak untuk kita jadikan suri tauladan. Maka selayaknya bagi kita untuk menggali lebih dalam bagaimana para sahabat memanfaatkan waktu mereka demi kebaikan akhiratnya. Di antara hal yang sangat penting untuk kita ketahui adalah perkataan Ibnu Malikah Rahimahullah,
أَدْرَكْت٠ثَلاَثÙيْنَ Ù…Ùنْ أَصْØÙŽØ§Ø¨Ù النَّبيÙÙ‘ – صلى الله عليه وسلم – ÙƒÙÙ„ÙّهÙمْ يَخَاÙ٠النÙÙ‘Ùَاقَ عَلَى Ù†ÙŽÙْسÙÙ‡Ù
“Aku telah mendapati 30 orang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, semuanya khawatir pada dirinya tertimpa kemunafikan” (HR. Bukhari no. 36).
Lihatlah, betapa mereka mengkhawatirkan diri mereka sendiri untuk berbuat kemunafikan. Kemunafikan itu secara umum berkaitan dengan dosa. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Ù…Ùنْ عَلاَمَات٠الْمÙنَاÙÙق٠ثَلاَثَةٌ Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ ØÙŽØ¯ÙŽÙ‘ثَ كَذَبَ ÙˆÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§ وَعَدَ أَخْلَÙÙŽ ÙˆÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§ ائْتÙÙ…ÙÙ†ÙŽ خَانَ
“Di antara tanda munafik ada tiga: jika berbicara, dusta; jika berjanji, tidak menepati; jika diberi amanat, ia khianat” (HR. Muslim no. 59).
Bagi orang-orang yang memanfaatkan waktu yang diberikan dengan amal-amal saleh, tentu saja akan terhindar dari kemunafikan. Begitu pun orang-orang yang menyadari pentingnya melakukan hal yang bermanfaat untuk urusan dunia dan akhiratnya dalam setiap waktu, insyaallah akan terhindar dari segala perbuatan dan sifat orang-orang munafik.