ekonomi

Perang Rusia-Ukraina Bisa Bikin Inflasi Global Naik 2,5 Persen

Senin, 21 Maret 2022 | 14:19 WIB
Ilustrasi foto, Laporan tentang berbagai topik untuk dijual di Toko Buku pusat Konferensi OECD (wikimedia)

TOPMEDIA – Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memperkirakan dampak krisis Ukraina akan berdampak terhadap kenaikan inflasi global sebesar 2,5% dari proyeksi awal dan akan lebih naik lagi jika perang terus berlangsung.

OECD sebuah Organisasi Internasional merupakan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi dengan tiga puluh negara yang menerima prinsip demokrasi perwakilan dan ekonomi pasar bebas.

Organization for Economic Co-Operation and Development (Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan) dan merupakan organisasi ekonomi internasional yang mapan beranggotakan 34 negara. Tujuannya untuk mengembangkan dan mempromosikan kebijakan sosial dan ekonomi.

Baca Juga: Moskow Nasionalisasi Perusahaan Asing yang Keluar dari Rusia

Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi OECD didirikan pada tahun 1961 dengan tujuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia. Markas OECD berada di Château de la Muette di Paris, Perancis.

Mengutip pernyataan Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann mengatakan ; sepertiga ekspor gandum global berasal dari Rusia dan Ukraina. Tak hanya itu, sambungnya, kedua negara juga memiliki peran besar dalam produksi Minyak, Pupuk, dan Baja.

Tekanan pasokan komoditas akibat perang bakal memperburuk gangguan rantai pasok yang terjadi akibat pandemi. Ini kemungkinan akan membebani konsumen dan bisnis untuk beberapa waktu mendatang," katanya dalam keterangan resmi di kanal Youtube FRANCE 24 English.


Baca Juga: Kelangkaan BBM di Amerika Serikat Tertinggi dalam Sejarah, Dampak Perang Rusia-Ukraina

Tak hanya dominan menyuplai gandum dan baja, Rusia juga memiliki peran penting dalam suplai migas global. Sekitar 16% gas dan 11% minyak global selama ini disuplai oleh Rusia. Adapun Eropa menjadi benua yang amat bergantung pada suplai migas dari Rusia.


"Uni Eropa amat bergantung pada Rusia dalam memenuhi kebutuhan energi. Sekitar 27% minyak mentah dan 41% gas diimpor dari Rusia," ujar Cormann.

Bila perang berlanjut, kenaikan harga akan berdampak terhadap kebutuhan rumah tangga serta menimbulkan disrupsi terhadap produksi barang dan jasa secara global.


Baca Juga: Perang Ukraina dan Rusia, Sebabkan Kelangkaan Kedelai di Kota Cilegon, Ini Kata Dewan PKS

Oleh karena itu, OECD mendorong negara-negara Eropa untuk melakukan evaluasi kebijakan agar terlepas dari ketergantungan terhadap Rusia dalam pemenuhan kebutuhan energi domestik.


Semetara itu, dampak ekonomi yang timbul bagi negara-negara Asia dan Amerika cenderung lebih minim. Meski demikian, negara-negara Asia dan Amerika tetap berpotensi menghadapi ancaman perlambatan pertumbuhan ekonomi dan lonjakan harga.


Secara umum, OECD mendorong setiap yurisdiksi untuk mengeluarkan kebijakan moneter yang dapat menjaga ekspektasi inflasi dan stabilitas pasar keuangan.

Halaman:

Tags

Terkini

CMSE 2025 Usung Tema Pasal Modal Untuk Rakyat

Jumat, 17 Oktober 2025 | 18:52 WIB