sosial-politik

DPW Biwali Banten Bagikan Hadiah Lomba Takbiran-Lawang Seketeng, Komitmen Jaga Budaya

Minggu, 13 April 2025 | 18:27 WIB
Pemperingatan Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah/2025 Masehi di Pondok Pesantren Al Fathaniyah, Kota Serang, Minggu 13 April 2025.

TOPMEDIA.CO.ID - DPW Biwali Banten menggelar acara Halal Bihalal sekaligus pembagian hadiah Lomba Takbiran dan menghias Lawang Seketeng tingkat Provinsi Banten.

Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah/2025 Masehi di Pondok Pesantren Al Fathaniyah, Kota Serang, Minggu 13 April 2025.

Acara yang berlangsung dengan tema "Merawat Tradisi, Memakmurkan Masjid" ini dihadiri oleh MUI Provinsi Banten, berbagai elemen masyarakat, tokoh agama, serta perwakilan DKM masjid se-Provinsi Banten.

Baca Juga: Total Upal Rp223 Juta Berhasil Diamankan, Polisi Ciduk Mantan Artis Drama Kolosal yang Diduga Edarkan Uang Palsu

Selain sebagai ajang silaturahmi, kegiatan ini juga menjadi momentum penting untuk memperkuat nilai budaya dan keagamaan.

Dalam sambutannya, Ketua Dewan Pembina DPP Biwali, KH Matin Syarkowi, menegaskan pentingnya menjaga budaya lokal di tengah arus perubahan zaman.

"Melalui lomba takbiran dan lawang seketeng ini, kita tidak hanya merayakan kemenangan Idul Fitri, tetapi juga menjaga warisan budaya yang menjadi bagian dari identitas kita sebagai masyarakat Banten," ujar KH Matin.

Ia menambahkan bahwa kegiatan takbiran sebaiknya tetap dilaksanakan di masjid, bukan di jalanan.

Baca Juga: Menyoal Kasus Pemerkosaan PPDS di RSHS Bandung, Ketum IDI Sentil Soal Etika: Sumpah Dokter Sudah Sebegitunya

"Takbiran adalah syiar Islam yang penuh nilai, cukup dilaksanakan di masjid dengan tertib dan khusyuk. Kita hindari kegiatan takbiran keliling di jalan yang berpotensi mengganggu ketertiban umum," tegasnya.

Menurut KH Matin, menjaga budaya dan syiar keagamaan harus sejalan dengan menjaga ketertiban dan keselamatan masyarakat.

Karena itu, ia mendorong takbiran dilakukan secara kreatif dan semarak di dalam lingkungan masjid.

"Budaya itu bukan untuk ditinggalkan, tetapi harus terus dihidupkan dan diselaraskan dengan nilai-nilai keagamaan. Inilah bentuk syiar yang membumi, menyentuh masyarakat," lanjut KH Matin.

"Mari Kita kembali ke masjid makmurkan masjid, jaga masjid jangan sampe hilang doa qunut, jangan sampe taraweh tadinya 20 rakaat jadi 8 rakaat," katanya.

Halaman:

Tags

Terkini