Kepala BNPT, Boy Rafli : Islam bukan teroris dan teroris bukan Islam

photo author
- Minggu, 9 Mei 2021 | 01:52 WIB
Webinar IDIK UNPAD kerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Medan (UMM), Tribun Jabar.id, Medcom serta TV Harmoni.
Webinar IDIK UNPAD kerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Medan (UMM), Tribun Jabar.id, Medcom serta TV Harmoni.

Hal ini dimaksudkan agar upaya pihak yang melakukan framing bahwa Islam itu teroris dapat ditepis dan tidak menjadi sebuah labeling di masyarakat yang mayoritas muslim ini.

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr. Amirsyah Tambunan menegaskan bahwa MUI sudah dengan tegas melalui fatwah MUI menyatakan teroris itu haram. Islam jelas dan tegas disebutkan dalam Al Quran sebagai agama yang rahmatan lil alamin. Islam tidak mengajarkan tentang aksi teroris dan radikalisme.

Para teroris itu mengkomunikasikan kepada para calon pelaku teror dengan kata-kata jihad. Padahal kata jihad itu tidak identik dengan aksi teroris. Jihad juga tidak dapat diartikan melakukan aksi bom bunuh diri dengan tujuan menyerang orang lain, apalagi beragama lain. Pelaku aksi teror menganggap bahwa perbuatannya yang sesat itu merupakan perjuangan untuk agamanya, padahal sama sekali bukan itu ajaran Islam.

 

“Jihad itu maknanya perjuangan dengan sungguh-sungguh, dan tidak diartikan perang. Perlu pemaknaan yang jelas agar tidak sesat dalam memaknai kata jihad dalam Al Quran,” tegas Amirsyah.

Islam itu agama Thabat (tetap) yang mendasarkan pada aqidah, ibadat, ketentuan hukum Syariah, halal, haram, wajib, makruh. Islam juga agama yang Tawazun artinya memperhatikan keseimbangan. Setidaknya ada beberapa ayat yang menegaskan bahwa Islam datang untuk kebaikan semua umat manusia, diantaranya surah Al Baqarah 143, Saba 28, Ali Imron 110 dan An Nahl 25.

Prof Asep Saeful Muhtadi menjelaskan, paham radikal maupun teroris itu melakukan pemaknaan kata jihad sesuai dengan keinginan kelompoknya sendiri. Padahal, untuk memaknai satu ayat dalam Al Quran, itu harus dilakukan oleh orang-orang yang punya orotitas tinggi, yakni kaum alim ulama, ustad, tokoh agama.

“Hal itu agar tidak terjadi kesalahan dalam memaknai kata Jihad,” ungkap Prof Asep.

Umat Islam, menurut Prof Asep Saeful, adalah orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad. Karena itu perlu dipertanyakan kalau ada aksi teror dengan kekerasan yang dilakukan dengan mengaku sebagai Islam. Apakah nabi Muhammad pernah mengajarkan aksi bom bunuh diri, tentu jawabnya tidak.

Prof Asep Samu, panggilan akrab, prof Asep Saeful Muhtadi menambahkan, pemerintah juga perlu hati-hati dalam menyampaikan berita tentang aksi teroris ini, jangan sampai menimbulkan sakit hati umat Islam. Masyrakat juga perlu hati-hati dalam menyikapi pesan-pesan jihad atau ajakan perang di media sosial.

“Cermati dulu, cerna dulu, dan pahami dulu, jangan langsung dipercaya apalagi disebarkan,” kata prof Asep Samu.

Webinar yang dimulai pukul 10.00 wib, dan diagendakan berakhir pada 12.00 wib, ini karena banyaknya penanya dari para narasumber, maka sedikit berjalan molor 15 menit. Sebelum Webinar diakhiri, moderator Dr Pitoyo, M.IKom menyampaikan bahwa tindaklajut dari Webinar ini, IDIK UNPAD akan menjalin kerjasama dengan BNPT dan MUI dalam menyelenggrakan Literasi Anti radikalisme dan Anti Terorisme.

“Kami ucapkan terimakasih kepada IDIK yang memberikan pencerahan melalui acara ini, dan kami dengan senang hati menjalin kerjasama dengan IDIK,” jelas Boy Rafli mengakhiri pemaparannya.

Dr Zakiyuddin mengatakan, webinar ini sangat menarik sehingga pesertanya dapat bertahan hingga acara berakhir. Semoga setelah webinar ini IDIK UNPAD menindaklanjuti kerjasama dengan BNPT dan MUI guna menyusun program literasi antiradikalisme dan antiterorisme. (Ben/Red)
 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

PWNU Banten Serukan Islah Terkait Konflik di PBNU

Selasa, 2 Desember 2025 | 15:24 WIB
X