Pendemi Belum Reda, Ahli Peringatkan Adanya Gelombang Kedua Dari COVID-19

photo author
- Senin, 4 Mei 2020 | 14:54 WIB

TOPmedia – Beberapa bulan terakhir ini jumlah kasus per hari di negara-negara yang pertama kali terkena dampak pandemi COVID-19 menurun drastis, terutama Tiongkok. Bahkan, beberapa dari negara tersebut membuka kembali kota-kota yang menjadi pusat wabah. Walaupun demikian, banyak ahli yang mewanti-wanti adanya gelombang kedua dari COVID-19. 

Apa itu gelombang kedua COVID-19 dan bagaimana dunia perlu menghadapinya? Simak ulasan di bawah ini untuk tahu lebih lengkapnya. 

Akhir tahun 2019 di Wuhan, Tiongkok muncul sebuah wabah penyakit baru bernama COVID-19. Penyakit yang menyerang sistem pernapasan manusia ini kini telah menjangkiti lebih dari tiga juta kasus di seluruh dunia dan ratusan orang meninggal dunia.

Salah satu upaya pemerintah di berbagai negara untuk menekan angka penyebaran virus adalah menutup kota (lockdown) dan mengimbau masyarakat untuk menjalani karantina di rumah.

Rutinitas harian pun diberhentikan, sekolah ditutup, dan banyak orang yang mau tidak mau harus bekerja dari rumah. 

Metode ini ternyata cukup efektif di sejumlah negara yang terkena dampak awal dari COVID-19, terutama Tiongkok. Imbauan yang disertai dengan campur tangan pemerintah dalam menanggapi menghasilkan penurunan angka kasus yang cukup drastis hingga tidak ada sama sekali. 

Kabar baik tersebut akhirnya membuat pemerintah Tiongkok untuk membuka kembali negara mereka pelan-pelan. Banyak masyarakat yang mulai menjalani aktivitas harian mereka meskipun belum sepenuhnya kembali normal.

Walaupun demikian, kondisi ini tidak membuat para ahli menjadi lega mengingat adanya kemungkinan gelombang kedua pandemi COVID-19. Hal ini sudah diperingatkan oleh WHO lewat siaran pers yang dilakukan pada 27 April 2020. 

Negara yang mulai melonggarkan aturan lockdown kemungkinan besar akan menghadapi tantangan baru, seperti mencegah peningkatan transmisi.

Hal ini dikarenakan COVID-19 adalah penyakit baru yang seluk beluknya belum diketahui dengan jelas. Maka itu, pendekatan dan langkah-langkah yang bijaksana kan menjadi kunci di beberapa bulan ke depan. 

Menurut WHO, aturan lockdown dan karantina di rumah perlu dilepas secara hati-hati. Jika dilakukan sembarangan, kemungkinan besar penyebaran virus dapat kembali terjadi. 

Tidak akan ada yang tahu apa yang akan terjadi dalam dua, tiga, hingga lima bulan ke depan. Apakah gelomang kedua COVID-19 menyebabkan kerusakan yang sama atau tidak. 

Beberapa penelitian dilakukan untuk melihat potensi dari gelombang kedua ini. Salah satu penelitian tersebut berasal dari The Lancet

Di dalam studi ini, para peneliti mencoba untuk memantau penularan dan tingkat keparahan COVID-19 untuk strategi menghadapi pandemi selanjutnya. Studi ini diterapkan di beberapa negara di Tiongkok di luar provinsi Hubei. 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Administrator

Tags

X