SERANG, TOPmedia – Tingginya harga daging sapi dipasar Provinsi Banten masih terus terjadi. Sampai saat ini harga daging sapi dipasar masih menembus angka Rp 120 ribu untuk setiap kilonya.
Tingginya permintaan akan daging di Provinsi Banten dan harga ketetapan harga daging sapi hidup yang dikeluarkan feedloter untuk Banten, minus Tangerang Raya masih cukup tinggi berada pada angka harga Rp 47.700 untuk setiap kilonya. Berbeda dengan wilayah Jabidetabek, harga daging sapi hidup Rp 46 ribu untuk perkilonya.
Atas kondisi itu, Ketua Gabungan Pengusaha Daging (Gapenda) Banten, Aeng Khaerul Jaman mempertanyakan keseriusan Pemprov Banten dalam melaksanakan progran swasembada pangan, khususnya daging sapi agar selalu tersedia dipasar, khususnya pada hari-hari besar nasional, serta tidak membuat Banten menjadi ketergantungan dengan pasokan daging sapi dari luar negeri, seperti selama ini dilakukan, 80 persen daging sapi yang ada di pasaran Banten, semuanya berasal dari luar atau berasal dari negara Australia.
"Ini gimana program swasembada kita agar harga daging selalu stabil," keluh Aeng, saat menggelar audiensi bersama komisis II DPRD Banten, Rabu (27/1/2021).
Menanggapi kisruh daging sapi import yang berasal dari negara Australia dan terus mengalami kenaikan tersebut, sambung Aeng, pihaknya meminta kepada pemerintah untuk segera mencarikan solusinya, salah satunya dengan mendatangkan sapi hidup dari NTB, termasuk untuk memberikan kemudahan dalam pelaksanaannya agar pemotongan sapi hidup asal NTB tersebut bisa dilakukan di rumah-rumah pemotongan hewan (RPH) yang ada di Banten.
"Harus dimudahkan, sesuai peraturan yang ada," katanya.
Sementara itu, Kadistanak Banten, Agus Tauchid mengatakan, pertumbuhan antara sapi lokal dengan laju pertumbuhan masyarakat Banten tidak imbang, kata dia, pertumbuhan masyarakat lebih pesat dibanding populasi sapi. Selain itu, kata dia, laju pertumbuhan ekonomi masyarakat Banten setiap tahun perkapitanya juga mengalami kenaikan.
"Berarti kebutuhan perkapita warga Banten terhadap daging merah atau sapi terus meningkat," katanya.
Untuk mengetasinya, samhung Agus Tauchid, pihaknya akan terus meningkatkan kerjasama dengan pengusaha peternakan yang ada di Banten, khususnya yang berada diluar feedloadter, seperti saat ini yang tengah dikerjakan Pemprov Banten melalui BUMD Agrobisnis Mandiri yang akan mengadakan kerjasama atau mengadakan peternakan.
Meski begitu, pihaknya mengakui untuk melaksanakan hal tersebut, cukup membutuhkan waktu yang sedikit agar Provinsi Banten bebeas dari ketergantungan dari daging sapi import.
Lebih jauh Agus mengatakan, untuk daging sapi lokal asal Banten, jumlahnua mencapai 32 ribu ton selama setahun.
"Tapi itu juga hampir semuanya dipenuhi feedload dari pangkalan import," katanya,seraya mengakui pihaknya mengakui jumlah komposisi sapi lokal dengan sapi import belum dihitung perbandingannya.(Den/Red)