nasional

Indonesia Siap Buka Jasa Layanan Bunkering Marine Fuel Oil di Perairan Selat Sunda Kota Cilegon

Selasa, 10 Agustus 2021 | 13:43 WIB
CEO Krakatau International Port, Akbar Djohan saat melakukan Media Gathering di Kota Cilegon, Selasa (10/8/2021).

CILEGON, TOPmedia – Melihat potensi strategis di Selat Sunda, PT Krakatau Bandar Samudera (Krakatau International Port) akhirnya melakukan penandatangan Nota Kesepahaman dengan PT Pertamina Patra Niaga tentang Rencana Kerjasama Bisnis Bunkering Marine Fuel Oil di Krakatau International Port dan di beberapa wilayah perairan strategis Indonesia lainnya. 

Diketahui, penandatanganan tersebut telah dilakukan pada hari Rabu (4/8/2021) pekan lalu, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) yang diwakili di oleh CEO Krakatau International Port, Akbar Djohan dan Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga, Hasto Wibowo disaksikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves, Basilio Dias Araujo.

“Kerjasama ini merupakan komitmen Krakatau International Port untuk memberikan pelayanan yang terbaik khususnya melayani kapal-kapal yang melintasi perairan Selat Sunda yang ingin melakukan pengisian bahan bakar” Ungkap CEO Krakatau International Port, Akbar Djohan saat melakukan Media Gathering di Kota Cilegon, Selasa (10/8/2021).

Menurutnya, pelayanan jasa Bunkering Marine Fuel Oil di Krakatau International Port ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat Indonesia sebagai poros maritim khususnya di wilayah perairan strategis Indonesia terutama di Selat Sunda. 

Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves, Basilio Dias Araujo mengatakan bahwa Nota Kesepahaman tersebut merupakan realisasi komitmen Indonesia untuk menciptakan dan meningkatkan pelayanan jasa Bunkering Marine Fuel Oil (MFO) di berbagai pelabuhan strategis di Indonesia. 

“MFO dengan kandungan sulfur maksimal 0,5 persen mass by mass (m/m) ini merupakan bahan bakar kapal yang sesuai dengan mandatori International Maritime Organization (IMO) mengenai bahan bakar kapal dengan kadar sulfur maksimal 0,5% wt yang berlaku mulai 1 Januari 2020," Jelas Deputi Basilio.

Deputi Basilio estimasikan sekitar US$ 173 milyar dollar opportunity loss dari jasa bunkering, crew change, dan penyediaan logistik dari kapal-kapal yang melewati Selat Malaka, Selat Singapura, Selat Sunda, dan Selat Lombok. Data tahun 2020, jumlah kapal yang melintas di sepanjang Selat Sunda sebanyak 53.068 kapal (dengan 150 kapal melintas per harinya), sedangkan di jalur Selat Malaka dan Selat Singapura berkisar 120.000 kapal (dengan 350 kapal melintas per harinya di Selat Malaka).

“Kami yakin, kerja sama ini dapat meningkatkan penerimaan negara dan keuntungan luar biasa terutama untuk revenue negara, kesejahteraan masyarakat, dan yang terpenting Indonesia siap dan mampu untuk memberikan layanan jasa MFO di wilayah perairan strategis kita dan kedepannya, pelabuhan di Indonesia bisa memberikan pelayanan terbaik dan mampu bersaing dengan negara tetangga lainnya,” tegas Deputi Basilio.

Dilain sisi, Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga, Hasto Wibowo mengatakan dirinya  menyambut baik kerjasama tersebut. Pasalnya, kata Dia, spirit program ini harus segera dimulai.

"Harapannya dalam 6-12 bulan ke depan akan banyak kapal-kapal ocean going yang melakukan bunkering di KIP," ujarnya.

Dikatakan Hasto, melalui kerjasama bisnis bunkering Marine Fuel Oil tersebut, pengembangan potensi ekonomi melalui pelayanan jasa Bunkering Marine Fuel di berbagai pelabuhan strategis di Indonesia.

"Ini akan semakin meningkatkan profile Kepelabuhanan Indonesia sekaligus memperkuat posture energi Indonesia khususnya penyediaan Bahan Bakar Kapal Marine Fuel Oil (MFO) Sulfur rendah 180 cSt (centistockes) bersama Pertamina Group," pungkasnya.(Firasat/Red)

Tags

Terkini