nasional

Miliki Gaji Besar, Kenapa Direktur Krakatau Steel Masih Terima Suap?

Senin, 25 Maret 2019 | 14:02 WIB
Direktur Teknologi dan Produksi PT Krakatau Steel (Persero), Wisnu kuncoro.*

JAKARTA, TOPmedia - Gaji besar tidak menentukan seseorang tidak akan melakukan korupsi. Sebab, keputusan korupsi atau tidak ada di diri masing-masing individu. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim, saat menanggapi kasus suap yang menimpa Direktur Teknologi dan Produksi PT Krakatau Steel (Persero), Wisnu kuncoro.

"Itu terlihat dari bagaimana individu masing-masing, bagaimana norma yang dia yakini dan komitmen dia sebagai profesional yang bisa diandalkan setiap penugasan," ujar Silmy di Jakarta, seperti dilansir dari Liputan6.com, Minggu (24/03/2019).

Silmy mengatakan, dirinya menyayangkan hal yang terjadi pada Wisnu, karena sebagai profesional dia berkontribusi banyak terhadap perusahaan. Namun, Silmy mempersilakan proses hukum tetap berjalan sesuai dengan ketentuannya. Menueurtnya, inilah waktu bagi Krakatau Steel berbenah diri secara internal agar kasus korupsi tidak terjadi lagi.

"Saat ini beberapa tugas Pak Wisnu saya yang ambil alih, bersamaan dengan usaha kami mengembalikan Krakatau Steel menjadi industri baja yang sehat kembali. Saya dibantu Pak Rahmat Hidayat Direktur SDM, Pak Tardi Direktur Keuangan, Pak Pur Direktur Pemasaran, Pak Ogi Direktur Pengembangan Usaha. Kita akan menyehatkan Krakatau Steel lagi," pungkasnya.

Baca juga: Akan Menikahkan Anaknya, Direktur Krakatau Steel Malah Terjaring OTT KPK

Sementara itu, Pakar Manajemen dan juga Guru Besar Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, mengatakan dengan gaji besar kebutuhan para direksi BUMN sebenarnya sudah terpenuhi dengan baik. Dia menilai, suap yang diterima Wisnu Kuncoro bukan karena didesak kebutuhannya.

"Jadi korupsi itu di kalangan eksekutif bukan karena kebutuhan, sebab kebutuhan mereka sudah terpenuhi. Jadi, lebih karena faktor greedy (rakus)," jelasnya. 

Menurutnya, ada dua faktor yang membuat para pejabat perusahaan negara menerima suap. Pertama, karena tergoda oleh rayuan vendor atau pihak swasta yang mengiming-imingi sesuatu. Faktor kedua, ada pimpinan yang tanpa sadar dipelihara oleh anak buah yang bermain.

"Karena kalau misalnya ada direksi yang ditanya tapi mau tanya dulu ke anak buah atau direksi takut dengan anak buah, besar kemungkinan mereka dipelihara anak buah. Bisa saja itu terjadi," katanya. (Red)

Tags

Terkini