TOPMEDIA - Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 29 November 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga, didukung oleh permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai.
Sehingga dinilai mampu menghadapi berlanjutnya penurunan pertumbuhan ekonomi dan tingginya ketidakpastian global.
Dikatakan, Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi, Aman Santosa, bahwasannya Indikator ekonomi terkini menunjukan ketidakpastian pergerakan ekonomi secara global, di tengah membaiknya tingkat inflasi menuju level pra pandemi khususnya pada negara advanced economies.
Baca Juga: Banten Segel 19 Medali di Kejurnas IBCA - MMA 2023
"Jadi, sentimen di pasar keuangan cenderung positif didukung peningkatan ekspektasi berakhirnya siklus kenaikan suku bunga global, setelah rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat serta berlanjutnya penurunan tingkat inflasi," ungkapnya saat zoom metting secara online, Senin 4 Desember 2024.
Lanjutnya, optimisme juga turut dipengaruhi peluncuran insentif fiskal, moneter, dan sektor keuangan di Tiongkok untuk menahan penurunan kinerja perekonomian, termasuk mengatasi permasalahan di sektor properti.
Sementara itu, kata dia, tensi geopolitik global melanjutkan peningkatan seiring berlanjutnya konflik di Timur Tengah dan kemenangan sayap kanan di beberapa negara.
Baca Juga: IJTI Korwil Serang, Desak Polisi Tangkap Oknum Buruh Tindakan Intimidasi Terhadap Wartawan
Namun demikian, sambungnya, dampaknya terhadap harga minyak dan energi masih terbatas mengingat masih berlanjutnya tren pelemahan permintaan.
"Tekanan kenaikan harga komoditas pangan diharapkan mereda seiring pelemahan El Nino yang terjadi saat ini," jelasnya.
Perkembangan tersebut, diakhir sambutannya, di atas mendorong penguatan pasar keuangan global dan juga penurunan volatilitas baik di pasar saham, surat utang, maupun nilai tukar.
Baca Juga: O Seven Coffee Eatery, Kafe Hits di Cilegon Banten Luncurkan 4 Menu Minuman Baru
Investor non-residen juga, masih kata dia, mulai masuk ke pasar keuangan emerging markets, termasuk Indonesia setelah dalam 3 bulan sebelumnya melakukan sell-off yang cukup signifikan.
Di domestik, sambungnya, pertumbuhan PDB Q3 2023 tercatat sebesar 4,94 persen yoy (Q2 2023, 5,17 persen yoy), didukung oleh masih tingginya pertumbuhan konsumsi Rumah Tangga dan investasi bangunan. Tingkat inflasi juga terjaga rendah di level 2,56 persen yoy (Oktober 2023, 2,28 persen yoy), sementara itu ekspor masih terkontraksi (-4,26 persen yoy).
"Secara umum, leading indicators perekonomian nasional masih cukup positif, di antaranya ditunjukkan oleh neraca perdagangan yang masih surplus, konsumsi semen domestik yang meningkat, dan PMI Manufaktur yang masih ekspansif," tuturnya.