2. Hilirisasi Produk dan Industri Bernilai Tinggi
Pilar kedua bertujuan untuk mengembangkan produk dan industri yang memiliki nilai tambah tinggi melalui riset.
Hal ini termasuk inovasi di bidang pangan dan teknologi yang dapat menunjang program MBG.
Baca Juga: DQLab Dukung Pentingnya Belajar Data dengan Tools Excel demi Tingkatkan Daya Saing di Era Digital
Mengurangi Ketergantungan pada Produk Impor
Fauzan menekankan bahwa Indonesia masih bergantung pada industri dagang dan impor produk luar negeri.
Oleh karena itu, salah satu tujuan utama dari hilirisasi riset adalah mengganti produk impor dengan produk lokal yang telah dipatenkan dan dapat dikembangkan oleh universitas.
"Salah satu yang menjadi tujuan dari pengembangan pilar kedua ini adalah mengurangi impor atau mensubstitusi impor dengan produk-produk buatan kita yang paten-patennya. Mudah-mudahan, betul-betul bisa dimanfaatkan dan dikembangkan oleh kampus-kampus," ujarnya.
Membangun Kemitraan antara Riset, Industri, dan Masyarakat
Kemitraan antara dunia riset, industri, dan masyarakat menjadi faktor kunci dalam menjadikan riset lebih aplikatif. Direktorat Kemitraan Riset dan Inovasi bekerja untuk menghubungkan penelitian dengan industri dan masyarakat agar hasil riset dapat menyelesaikan masalah-masalah di lapangan.
"Setelah terjalinnya kemitraan, kita ingin ujungnya adalah pengabdian kepada masyarakat. Jadi produk-produk kita bisa menyelesaikan masalah-masalah di masyarakat," jelas Fauzan.
Sebagai bagian dari inisiatif ini, pihaknya akan bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Pangan dalam membantu logistik program MBG.
Selain itu, perguruan tinggi juga akan berperan dalam pengembangan pertanian guna memastikan ketersediaan pangan.
"Jadi fungsi dari kampus adalah meningkatkan pendampingan, baik di bidang pertanian maupun perkebunan, sehingga solusi yang dibuat secara lokal bisa mengatasi masalah distribusi di desa-desa," tambahnya.***