Penulis: Khaerul (Mahasiswa Hukum Unpam PSDKU Serang)
TOPMEDIA.CO.ID - Plato dalam karyanya Republic, mengutarakan pendapat tentang Demokrasi lewat gambaran Socrates.
Filsuf jempolan era Yunani itu punya pikiran, Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan yang paling buruk.
Sistem ini menghitung kepala tanpa mempertimbangkan isi kepala. Katanya, Demokrasi hanya menghitung suara tanpa mempertimbangkan berbicara. Apabila bersuara, hewan pun dapat bersuara. Lain hal dengan manusia, insan ciptaan tuhan ini dapat bersuara sekaligus berbicara.
Baca Juga: Kronologi Kontroversi Gus Miftah Hina Penjual Es Teh Bakul hingga Minta Maaf Usai Viral di Medsos!
Tapi itu era Yunani, dimana manusia dapat terbilang tak banyak. Rasanya sulit mengambil keputusan apabila semua isi kepala berbicara. Terlampau lama dan sulit, sistem pengambil keputusan lewat Demokrasi mau tau digunakan, simpel namun punya daya rusak hebat.
Bukan hendak menolak Demokrasi sepenuhnya, namun untuk dipertimbangkan kembali. Dalam praktiknya, Demokrasi hampir menyentuh seluruh keputusan manusia. Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali.
Dalam suatu keputusan, memang diperlukan kecakapan analisis yang tajam. Demokrasi dalam hal ini menumpulkan pikiran yang kritis. Alih-alih mengambil keputusan dengan kecakapan berpikir, Demokrasi mengambil jalan memotong kompas asal keputusan terlaksana.
Misalnya, perkara berpolitik di Banten. Hati nurani menolak Demokrasi yang dibungkus dinasti, namun apa daya, kedua calon Gubernur Banten yang disodorkan partai sama-sama menggandeng dinasti.
Sistem Demokrasi melahirkan pemilu, rakyat dipaksa memilih calon yang disodorkan partai. Rakyat jadi raja dalam sehari, usai pilkada rakyat jadi hamba kembali.
Sisi lain Demokrasi melahirkan dinasti, melahirkan politik sanak family dengan dalih hak warganegara. Gampang saja berkilah, rakyat tak perlu memilih apabila tak suka, selesailah perkara.
Kita hidup dimana Demokrasi menampilkan sisi buruk, bisa jadi bahkan Demokrasi kata lain dari buruk itu sendiri kata Socrates. Rakyat bersuara (bukan berbicara) diakumulasi oleh partai.