SERANG, TOPmedia - Mungkin belum banyak yang tahu apa itu daun saga. Daun saga sudah menjadi komoditas industri untuk dijadikan obat herbal.Daun saga adalah bagian dari satu di antara jenis tanaman polong yang memiliki khasiat dalam dunia pengobatan tradisional. Daun saga juga tidak hanya populer sebagai obat herbal di Indonesia, namun juga digunakan di Brazil, Afghanistan, Kamboja, India, hingga Afrika.
Klasifikasi Tanaman : Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas Dicotyledonae, Bangsa Rosales, Suku Papilionaceae, Marga Abrus, Jenis Abrus precatorius L.
Morfologi Tanaman Daun Saga. Daun saga dalam dunia pengobatan tradisional sangat populer digunakan untuk meringankan batuk, demam, juga sakit perut. Daun saga yang mempunyai nama latin Abrus precatorius. Daun ini memiliki karakter. Tanaman Sagaberupa tanaman perdu memanjat dan membelit pada akar atau tanaman lain. Pokok batangnya kecil, berkayu, tinggi mencapai 2-5m. Daunnya merupakan daun majemuk menyirip yang tumbuh berseling, panjang 4-5 11 cm. Anak daun 17-18 pasang, bertangkai pendek, bentuknya jorong melebar atau bundar telur, panjang 5-20 mm, lebar 3-8 mm, ujung dan pangkalnya tumpul agak membundar, warnanya hijau sampai hijau pucat, permukaan atas licin, permukaan bawah berambut tipis, tulang daun menonjol di permukaan bawah.
Bunga kecil-kecil dengan mahkota berbentuk kupu-kupu warnanya ungu muda, tumbuh berkumpul dalam dahan yang keluar dari ketiak daun. Buahnya polong berwarna hijau kuning, berbentuk pipih persegi empat memanjang, panjang 2- 5cm, lebar 1,2-1,4 cm, bila masak menjadi kering berwarna hitam dan pecah sendiri. Polong berisi 3-6 butir biji dengan bentuk bulat lonjong, panjang 5-6mm keras, warnanya merah mengkilap, bercak hitam di sekitar hilum yang berwarna putih. Bijinya sering disebut kacang patern oster biasanya dibuat manik-manik, kalung dan hiasan lain karena bentuknya yang menarik.
Ekologi dan Penyebaran. Di Indonesia saga dapat tumbuh dengan baik di tempat pada ketinggian 0 sampai 1000m di atas permukaan laut, pada berbagai macam tanan dengan curah hujan mm sampai 4500 mm setahun. Pemerian Daun Saga. Daun saga memiliki bau lemah, rasa agak manis, dan khas.
Kandungan kimia tanaman saga diantaranya adalah glisirhizin, prekatorina, abrin, trigonelina, zat beracun toksalbumin glikosida dan hemoglutinin. Daun, batang dan biji Abrus precatorius L. Mengandung saponin dan flavonoid, disamping itu batang saga juga mengandung polifenol dan bijinya juga mengandung tanin, sedangkan akar saga mengandung alkaloid, saponin dan polifenol.
Farmakologi Daun Saga. Daun saga mempunyai khasiat untuk mengobati sariawan obat batuk dan anti radang tenggorokan. Akar, batang dan daun dari daun saga ini bersifat manis dan netral berguna untuk menurunkan panas, anti radang, serta melancarkan pengeluran nanah. Hasil penelitian menyebutkan bahwa ekstrak etanol daun saga mempunyai kandungan kimia, yaitu flavonoid dan saponin yang aktivitas antibakterinya lebih baik pada bakteri gram positif (S.aureus) daripada gram negatif (E.coli). Berdasarkan Anonim (1993) yang menyebutkan bahwa setiap jaringan atau alat tubuh dapat diinfeksi oleh bakteri S.aureus dan menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda khas yaitu peradangan dan pembentukan abses. Sedangkan sariawan merupakan salah satu bentuk peradangan yang terjadi di dalam mulut, sehingga saga dapat menjadi alternatif pada pengobatan sariawan. Ekstrak etanol 7 tumbuhan saga terbukti memiliki khasiat antibakteri dan anti fungi (Shourie dkk.2013). Penggunaan daun saga yaitu sebagai anti sariawan.
Sensasi rasa dapat dialami karena adanya reseptor rasa. Reseptor ini terdistribusi di bagian atas permukaan lidah serta bagian yang berbatsan dengan faring dan laring. Reseptor rasa bersama dengan sel epitel yang terspesialisai membentuk suatu struktur sensorik yang disebut dengan kuncup rasa (taste bud). Pada orang dewasa terdapat 3000 kuncup rasa (Martini, 2006). Kuncup rasa ini terletak di bagian tonjolan epitel pada permukaan atas lidah yang disebut dengan papila. Terdapat tiga macam papila, yaitu papila filiform, fungiform, dan circumvallate. Papila filiform memberikan gesekan yang membantu lidah menggerakan objek dalam mulut, tetapi tidak mengandung kuncup rasa. Pada tiap papila fungiform kecil terdapat lima kuncup rasa, 8 sedangkan pada tiap papila circumvallate besar terdapat 100 kuncup rasa. Terdapat empat tipe sensasi rasa, yaitu manis, asam, asin dan pahit, serta dua tipe sensari tumbuhan, rasa umami dan air. Semua kuncup rasa dapat mendeteksi empat sensari rasa, tetapi terdapat perbedaan kekuatan sensasi rasa yang dirasakan pada beberapa daerah tertentu. Kuncup rasa di daerah pangkal lidah lebih kuat merasakan pahit, di daerah ujung lidah lebih kuat merasakan rasa manis dan asin, dan di daerah tepi lidah lebih kuat merasakan rasa masam.
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya dengan pelarut organik. Jenis-jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah :
- Ekstraksi Cara Dingin
Metoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasanan. Jenis ekstraksi dingin adalah maserasi dan perkolasi
- Ekstraksi Cara Panas
Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara dingin. Metodanya adalah refluks, ekstraksi dengan alat soxhlet dan infusa. Adapun metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Maserasi merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut. Dalam proses maserasi, obat yang akan diekstraksi biasanya ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar, 10 kemudian simplisia yang akan diekstraksi dimasukkan lalu bejana ditutup rapat, dan sisanya di kocok berulang-ulang lamanya, biasanya berkisar dari 2-14 hari. Pengocokan memungkinkan pelarut segar mengalir berulang-ulang masuk ke seluruh permukaan dari obat yang sudah halus. Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15º-20ºC dalam waktu selama tiga hari sampai bahan-bahan yang larut melarut.
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Sebagai cairan penyari digunakan air, eter atau campuran etanol dan air (Anonim, 1979). Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat yang terdapat di simplisia terdapat dalam bentuk yang mempunyai kadar yang tinggi dan hal ini memudahkan zat berkhasiat dapat diukur dosisnya. Dalam sediaan ekstrak dapat distandarisasikan kadar zat berkhasiat sedangkan kadar berkhasiat dalam simplisia sukar didapat yang sama. Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain maserasi, perkolasi dan sokhletasi. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna.
Manfaat Daun Saga bagi Kesehatan:
- Mencegah diabetes dan kanker. Daun saga diketahui memiliki manfaat yang baik untuk tubuh. Daun saga dipercaya mampu menangkal radikal bebas dalam tubuh yang biasanya menyebabkan penyakit kanker dan diabetes.Hal ini karena daun saga memiliki kandungan flavonoid dan polifenol yang berguna sebagai antioksidan di dalam tubuh. Untuk pengolahan dari daun saga ini kebanyakan direbus dan diminum airnya.
-
Membantu mengatasi flu. Manfaat selanjutnya dari daun saga mampu membantu mengatasi flu. Flu adalah penyakit yang paling sering terjadi pada kebanyakan orang karena kekebalan tubuh yang menurun. Flu disebabkan oleh virus akut yang menyerang hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Meminum ekstrak daun saga dipercaya bisa mengatasi flu.