SERANG, TOPmedia – Tahun 2020 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Serang mencapai 256 penderita, dari jumlah itu 4 orang meninggal dunia.
Penderita DBD tahun 2020 itu meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2019 di Kota Serang yang mencapai 249 penderita.
Kasi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang, Muhammad Affan mengatakan tercatat di bulan Januari sampai Desember 2020 kasus DBD mencapai 256 penderita di Kota Serang dan tahun 2019 ada 249 penderita.
"Di 2020 di Januari sampai Desember hari ini ada 256 penderita DBD di Kota Serang. Ada peningkatan sedikit (Dibanding 2019) 2019 ada 249. Yang meninggal tahun 2020 ada 4," katanya kepada wartawan di ruangannya, Selasa (22/12/2020).
Menurut Affan, kenaikan kasus DBD tahun 2020 ini juga karena faktor cuaca,"Kenaikan faktor cuaca juga siklus 5 tahun biasanya ada peningkatan dan memang bukan di Kota Serang sendiri," imbuhnya.
Affan melanjutkan, pandemi covid-19 tidak mempengaruhi kasus DBD di Kota Serang termasuk penanggulangan DBD, karena naungannya di Puskesmas ada pembentukan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (Giris).
"Ya memang semua pada fokus ke covid, tapi alhamdulillah tidak ada kendala kita karena kita naungannya di Puskesmas ada pembentukan Giris (Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik). Kita sudah membentuk 16 Puskesmas kader untuk mengawal," ucapnya.
Kenaikan signifikan di tahun 2020, dikatakan Affan, terjadi di bulan September. Sedangkan paling tinggi ada di Kecamatan Serang. Untuk fogging sendiri dilakukan yang dianggarkan dari APBD.
"Kenaikan signifikan di bulan September. Paling rawan Kecamatan Serang. Jadi foging itu sudah dianggarkan dari APBD," ujarnya.
Affan juga mengklaim selama musim hujan ini melakukan edukasi ke masyarakat melalui jumantik dan penyuluhan DBD ditingkat Puskesmas.
"Jadi kita edukasi ke masyarakat ada jumantik. Selama musim hujan ini ada penyuluhan DBD di tingkat puskesmas, melakukan mawar DBD," ujarnya.
Untuk pencegahan, kata Affan, dengan cara 3 M (Menguras, Membersihkan, dan Mendaur ulang). Jadi dalam satu minggu sekali dikuras agar tidak terjadi jentik kemudian menjadi nyamuk.
"DBD itu kan ada di genangan air, di botol di plastik jangan dikubur karena harus mengurai. Dalam seminggu sekali dikuras agar tidak terjadi jentik menjadi nyamuk lalu kembersihkan," terangnya.
Ditanya soal kesadaran masyarakat terkait DBD, Affan menyadari belum optimal. Namun ia berharap adanya pemberdayaan masyarakat supaya masyarakat tahu.