Benarkah MSG Dapat Sebabkan kanker? 12 Teori Populer Tentang Kesehatan Ini Ternyata Hanya Mitos!

photo author
- Senin, 31 Agustus 2020 | 12:27 WIB

TOPmedia – Mengetahui hal yang benar dan salah akan memupus kecemasan. Inilah kebenaran tentang beberapa mitos kesehatan yang banyak beredar.

Mitos 1: Makanan basa meningkatkan kesehatan dengan cara menurunkan tingkat keasaman tubuh Anda

Faktanya: Meskipun ‘makanan basa’ secara umum cukup sehat – mendorong konsumsi tinggi buah-buahan, sayuran, dan makanan nabati sembari membatasi makanan olahan – tetapi pemikiran bahwa makanan tersebut dapat membantu menetralkan keasaman tubuh adalah mitos.

Berikut ini faktanya. Darah Anda bersifat sedikit basa, sementara lambung Anda bersifat asam guna menguraikan makanan. Makanan yang Anda makan tidak memengaruhi cara tubuh Anda dalam mengatur tingkat kebasaan atau menyeimbangkan tingkat keasamannya. Ginjal dan paru-paru Andalah yang melakukannya – keduanya mengendalikan keseimbangan asam-basa pada sistem Anda dan menjaga pH darah. Jika kedua organ tersebut tidak berfungsi, tentunya Anda sudah sakit parah sekarang.

Mitos 2: MSG dapat menyebabkan kanker

Faktanya: Penguat rasa yang populer ini telah mendapatkan reputasi yang buruk karena dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, mulai migrain hingga kanker. Namun demikian, para peneliti belum menemukan adanya bukti meyakinkan bahwa monosodium glutamat (MSG) berdampak buruk terhadap kesehatan. Administrasi Pangan dan Obat (FDA) di AS juga mengklasifikasikan MSG sebagai bahan makanan yang 'secara umum diakui aman'.

Meskipun sebagian kecil orang mungkin menunjukkan reaksi merugikan terhadap MSG, seperti sakit kepala atau mual, tetapi gejala ini biasanya ringan dan tidak memerlukan perawatan. Alih-alih berfokus pada kandungan MSG suatu produk, mungkin akan lebih bermanfaat jika Anda memperhatikan nilai nutrisi umum makanan Anda – misalnya, makanan olahan seperti mi instan pada dasarnya adalah makanan tidak sehat, baik dengan ataupun tanpa MSG.

Mitos 3: Konsumsi gula terlalu banyak menyebabkan diabetes

Faktanya: Bertentangan dengan keyakinan umum, gula sebenarnya tidak menyebabkan diabetes. Namun demikian, konsumsi gula berlebihan dapat menambah berat badan dan kelebihan berat badan tersebut akan meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2. Cara terbaik untuk mengurangi risiko diabetes adalah dengan memperhatikan berat badan. Artinya, Anda tidak hanya mengurangi asupan makanan manis, tetapi juga memperhatikan asupan makanan berlemak.

Sementara untuk diabetes tipe 1, penyebabnya bukan gula atau kandungan apa pun dalam makanan Anda, karena diabetes tipe ini hanya terjadi ketika sel yang memproduksi insulin dalam pankreas dihancurkan oleh sistem imun Anda sendiri.

Mitos 4: Detoks adalah cara yang tepat untuk membersihkan tubuh Anda dari toksin

Faktanya: Diet, jus, dan terapi detoks terbilang sangat populer, tetapi gagasan yang menyatakan bahwa kita dapat melakukan sejumlah langkah detoks mandiri adalah sebuah mitos. Dari sudut pandang kedokteran, siapa pun sebenarnya tidak perlu melakukan detoks pada sistem mereka, karena tubuh memiliki kemampuan lebih baik untuk mengeluarkan toksin dibandingkan melalui diet atau terapi apa pun. (Jika benar bahwa toksin bisa menumpuk di dalam sistem tanpa mampu dikeluarkan tubuh, kita sekarang sudah mati atau mungkin memerlukan intervensi medis yang serius.)

Oleh karena itu, Anda tidak perlu menjalani diet, terapi, ataupun mengonsumsi minuman untuk ‘membersihkan’ atau ‘melakukan detoks pada’ tubuh Anda. Mungkin cara terbaik untuk melindungi proses detoksifikasi tubuh adalah dengan merawat kesehatan hati dan ginjal, yang merupakan organ utama dalam proses detoksifikasi. Untuk itu, hindari makanan olahan dan kemasan seperti kentang goreng, batasi asupan makanan bergula, makanan berlemak, dan alkohol (makanan ini dapat menyebabkan hati berlemak), serta minumlah air putih yang banyak.

Mitos 5: Gula merah, madu, sirup mapel, atau sirup agave adalah pengganti gula yang lebih sehat

Faktanya: Berbagai jenis gula tersebut tidak lebih baik bagi Anda dibandingkan gula yang dimurnikan – semuanya memberikan kalori kosong dan tanpa tambahan nutrisi. Meskipun gula yang tidak dimurnikan mungkin menyimpan mineral seperti kalsium, zat besi, dan kalium, tetapi hanya terkandung dalam jumlah yang sedikit serta tidak signifikan. Gula-gula yang ‘lebih sehat’ ini tidak memberikan nutrisi yang signifikan dibandingkan gula putih yang dimurnikan, dan semua jenis gula memiliki kandungan kalori yang hampir sama. Anda harus memperhatikan asupan gula, apa pun jenisnya.

Mitos 6: Telur penyebab kolesterol tinggi

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Administrator

Tags

X