kesehatan

Wabah Mpox Menyebar di Indonesia, Ini Penjelasaan Dosen FKM Unair

Kamis, 29 Agustus 2024 | 11:20 WIB
Ilustrasi Wabah Mpox (TOPMedia.co.id / Istimewa)

TOPMEDIA.CO.ID - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melaporkan adanya peningkatan kasus Monkeypox (Mpox) di Indonesia. Hingga pertengahan Agustus, telah terkonfirmasi 88 kasus Mpox di berbagai wilayah di Indonesia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam hal ini telah mengeluarkan status PHEIC (Public Health Emergency of International Concern) untuk wabah Mpox.

Menanggapi adanya perkembangan kasus ini, Dosen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga, Kurnia Dwi Artanti mengatakan bahwa status PHEIC penting dalam meningkatkan kewaspadaan terkait penyebaran wabah Mpox.

Kurnia menjelaskan bahwa PHEIC merupakan status yang mengindisikan keparahan situasi global. Adapun penetapan status ini didasarkan pada persebaran wabah yang semakin meluas.

Varian dan Penyebaran

Kurnia mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyebaran wabah Mpox di Indonesia. Adapun di Indonesia sendiri, virus Mpox yang telah terdeteksi merupakan varian IIb.

"Varian itu dapat menyebar antarmanusia melalui kontak langsung atau cairan tubuh (lesi)," ujar Kurnia.

Selain itu, Kurnia menyebut bahwa pola penyebaran wabah Mpox memiliki gejala yang mirip dengan cacar biasa. Ia menambahkan bahwa gejala Mpox dapat berupa demam tinggi, ruam kulit yang khas, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Dalam rangka pencegahan trasmisi virus Mpox, Kurnia menyarankan agar masyarakat dapat meningkatkan kesadaran diri dan melakukan isolasi bagi individu yang terinfeksi.

"Pencegahan penularan virus mpox sangat bergantung pada kebersihan diri. Kebiasaan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah melakukan kegiatan di tempat umum serta menggunakan masker sebagai benteng pertahanan yang efektif," kata Kurnia

"Selain itu, WHO dan CDC juga merekomendasikan pemberian vaksin dengan memprioritaskan petugas laboratorium, tenaga kesehatan di rumah sakit rujukan dan populasi yang berisiko," pungkasnya.***

Tags

Terkini