Tidak Semua Kebohongan Dilarang, Islam Membolehkan Berbohong Dalam 4 Situasi Ini!

photo author
- Selasa, 15 Juni 2021 | 09:54 WIB

TOPmedia – Berbohong merupakan sifat yang tak bisa dilepaskan dari rutinitas manusia, namun manusia pilihan mampu menahan hawa nafsu untuk tidak melakukannya. Berbohong memiliki ketajaman yang dapat melukai siapapun, bahkan bebohong merupakan tunas yang paling subur karena dari satu kebohongan mampu menumbuhkan kebohongan - kebohongan yang lain.

Dalam sebuah leterasi, berbohong dapat menjadi sebuah kebiasaan atau habbit yang sulit dihilangkan bagi pelakunya, berbohong pun salah satu arus yang menggerus generasi muda bahkan martabat bangsa.

Adanya kerusakan-kerusakan di sebuah negara, salah satunya akibat tumbuh bibit berbohong, hakim yang tidak adil karena ia melukai jabatannya dengan berbohong, pemimpin yang culas karena ia melukai wibawanya dengan bohong, pengusaha yang merugi karena ia melukai labanya dengan bohong, dosen tak lagi dihormati mahasiswanya karena ia melukai kinerja mahasiswanya, pun segala profesi yang dilakui dengan kebohongan oleh pemiliknya akan bermuara pada kerusakan.

Adapun dalam Islam, berbohong merupakan salah satu nilai dosa bagi pelakunya yang dapat mengundang adzab Allah subhanahu wa ta’ala.

Menurut Raghib al-Ashfahani berbohong ialah ucapan yang menyelisihi apapun yang ada di dalam hatinya. Sehingga dikatakan bahwa berbohong bagian dari ciri-ciri orang munafik sebagiamana hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut yang artinya,

“Tanda orang munafik ada tiga : Apabila berbicara dia dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila dipercaya dia khianat.” (HR. Bukhari no. 6095, Muslim no. 59).

Namun, muncul sebuah sebuah pertanyaan yang menjadi pandangan kritis manusia, yakni ‘Bagaimana jika berbohong demi kebaikan?’
Muslimah, berbohong demi kebaikan memilki arti yakni dapat berupa menutupi aib seseorang bahkan melindunginya serta dalam beberapa keadaan sebagaimana keterangan berikut :

1.Berbohong Untuk Mendamaikan Manusia

Berbohong yang dimaksud adalah berbohong dengan tujuan untuk menutupi aib seseorang atau bertujuan untuk mendamaikan antar muslim satu dengan yang lainnya. Sebagai mana hadits Rasulullah yang diterima Ummu Kulsum radhiyallahu ‘anha yang artinya,

“Tidak pernah aku mendengar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi keringanan untuk berbohong kecuali pada tiga perkara. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Tidaklah aku anggap seorang itu berbohong apabila bertujuan mendamaikan di antara manusia, berkata sebuah perkataan tiada lain kecuali untuk perdamaian; orang yang bohong ketika dalam peperangan; dan suami yang berbohong kepada istrinya atau istri yang berbohong kepada suaminya.” (HR. Abu Dawud).

2.Berbohong di Medan Perang

Berbohong di medan perang diperbolehkan sebagaimana hadits Rasulullah yang artinya, “Perang adalah tipu muslihat.” (H.R Bukhari)
Dan Ibnul Farabi dalam kitab Fathul Bari menambahkan bahwa berbohong ketika perang adalah pengecualian yang dibolehkan berdasarkan nash, sebagai keringanan bagi kaum muslimin karena kebutuhan mereka dalam peperangan.

3.Berbohong antara Suami dan Istri

Berbohong antara suami dan istri yakni dalam konteks menambah kasih sayang di antara keduanya. Imam An-Nawawi pernah berkata bahwa berbohong kepada istri, atau istri bohong kepada suami, maka yang diinginkan adalah menampakkan kasih sayang dan janji yang tidak mengikat. Adapun bohong yang tujuannya menipu dengan menahan apa yang wajib ditunaikan atau mengambil yang bukan haknya, maka hal itu diharamkan menurut kesepakatan kaum muslimin. (Syarah Shahih Muslim, 16/121).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Administrator

Tags

X