Mereka pun menjawab, “Ya.â€
Pria itu pun menjawab, “Sungguh sebentar lagi pohon-pohon itu tak akan lagi berbuah. Lalu, kabarkanlah kepadaku tentang Danau Thabariyyah (Tiberia)!â€
Mereka pun kembali bertanya, “Tentang apa kau bertanya danau itu?â€
Pria buta sebelah itu menjawab, “Apakah danau itu masih berair?â€
Tamim dan kawan-kawan menjawab, “Ya, danau itu memiliki banyak air.
Lagi-lagi si pria menjawab tentang masa depan. “Sungguh sebentar lagi danau itu akan kering. Lalu, kabarkanlah kepadaku tentang mata air Zugharl!â€
Mereka bertanya lagi rinciannya, “Tentang apa kau bertanya mata air Zugharl?â€
Pria besar namun pendek itu menjawab, “Apakah mata air itu masih mengalirkan air? Dan, apakah penduduknya masih bertani dengan memanfaatkan air itu?â€
Rombongan Tamim menjawab, “Ya, mata air itu sangat deras dan penduduk bertani dengannya.â€
Tiga pertanyaan belum membuat pria itu puas. Rupanya, ia telah terbelenggu ratusan tahun sehingga tak tahu lagi kabar perkembangan zaman. Ia pun melanjutkan pertanyaan meminta kabar dari Tamim dan pengikutnya. “Kabarkan kepadaku tentang nabi yang ummi, apa yang ia lakukan?†tanya pria besar jelek itu.
Mereka pun memahami bahwa yang ditanyakannya adalah perihal Nabi Muhammad yang saat itu tengah diutus. Tamim merupakan seorang Nasrani. Saat itu, ia belum mendapatkan hidayah menuju Islam. Ia pun menjawab, “Ia telah muncul dari Makkah dan tinggal di Yatsrib (Madinah),†ujarnya.
“Apakah orang-orang Arab memeranginya?†tanya laki-laki raksasa tanpa daya dengan tangan kaki terikat kencang.
“Ya,†jawab Tamim dan teman-temannya.
“Apa yang ia (Muhammad) lakukan terhadap orang Arab? Apakah ia telah menang atas mereka dan membuat mereka taat? Apakah itu telah terjadi?†tanya pria “kafir†itu lagi.
“Ya,†ujar mereka.