TOPmedia - Amalan yang dilakukan ikhlas karena Allah itulah yang diperintahkan.
Setiap amalan sangat tergantung pada niat. Dari ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّمَا Ø§Ù„Ø£ÙŽØ¹Ù’Ù…ÙŽØ§Ù„Ù Ø¨ÙØ§Ù„نّÙÙŠÙ‘ÙŽØ§ØªÙØŒ ÙˆÙŽØ¥Ùنَّمَا Ù„ÙÙƒÙÙ„Ù‘Ù Ø§Ù…Ù’Ø±ÙØ¦Ù مَا Ù†ÙŽÙˆÙŽÙ‰
“Sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya. Dan setiap orang akan memperoleh apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari, no. 1; Muslim, no. 1907)
Dan niat itu sangat tergantung dengan keikhlasan pada Allah. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,
وَمَا Ø£ÙÙ…ÙØ±Ùوا Ø¥Ùلا Ù„ÙÙŠÙŽØ¹Ù’Ø¨ÙØ¯Ùوا اللَّهَ Ù…ÙØ®Ù’Ù„ÙØµÙينَ لَه٠الدÙّينَ ØÙÙ†ÙŽÙَاءَ ÙˆÙŽÙŠÙÙ‚ÙيمÙوا الصَّلاةَ ÙˆÙŽÙŠÙØ¤Ù’تÙوا الزَّكَاةَ وَذَلÙÙƒÙŽ دÙين٠الْقَيÙّمَةÙ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Dalam ayat lainnya, Allah memperingatkan dari bahaya riya’ –yang merupakan lawan dari ikhlas- dalam firman-Nya,
لَئÙنْ أَشْرَكْتَ Ù„ÙŽÙŠÙŽØÙ’بَطَنَّ عَمَلÙÙƒÙŽ
“Jika kamu mempersekutukan (Rabbmu), niscaya akan hapuslah amalmu.” (QS. Az-Zumar: 65)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّه٠تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى Ø§Ù„Ø´Ù‘ÙØ±ÙŽÙƒÙŽØ§Ø¡Ù Ø¹ÙŽÙ†Ù Ø§Ù„Ø´Ù‘ÙØ±Ù’ك٠مَنْ عَمÙÙ„ÙŽ عَمَلاً أَشْرَكَ ÙÙيه٠مَعÙÙ‰ غَيْرÙÙ‰ تَرَكْتÙÙ‡Ù ÙˆÙŽØ´ÙØ±Ù’ÙƒÙŽÙ‡Ù
“Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam perbuatan syirik. Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya (maksudnya: tidak menerima amalannya, pen) dan perbuatan syiriknya.” (HR. Muslim, no. 2985)
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Amalan seseorang yang berbuat riya’ (tidak ikhlas) adalah amalan batil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan dosa.” (Syarh Shahih Muslim, 18: 96)