TOPmedia - Hendaknya kita berhati-hati apabila melakukan dosa dan maskiat di bulan Ramadhan yang merupakan bulan yang mulia, karena melakukan dosa dan maksiat di bulan Ramadhan juga dilipatgandakan sebagaimana pahala yang dilipatgandakan di bulan Ramadhan (semoga Allah menjaga kita di bulan Ramadhan).
Dalam kitab Mathalib Ulin Nuha disebutkan oleh musthafa bin Saad Al-Hambali bahwa kebaikan dan dosa bisa dilipatgandakan pada waktu dan tempat yang mulia. Beliau berkata,
ÙˆØªØ¶Ø§Ø¹Ù Ø§Ù„ØØ³Ù†Ø© والسيئة بمكان ÙØ§Ø¶Ù„ كمكة والمدينة وبيت المقدس ÙˆÙÙŠ المساجد , وبزمان ÙØ§Ø¶Ù„ كيوم الجمعة , والأشهر Ø§Ù„ØØ±Ù… ورمضان
“Kebaikan dan keburukan (dosa) dilipatgandakan pada tempat yang mulia seperti Mekkah, Madinah, Baitul Maqdis dan di masjid. Pada waktu yang mulia seperti hari Jumat, bulan-bulan haram dan Ramadhan.” [Mathalib Ulin Nuha 2/385]
Ibnu Muflih menjelaskan dan membuat bab terkait hal ini,
ÙØµÙ„: زيادة الوزر كزيادة الأجر ÙÙŠ الأزمنة والأمكنة المعظمة،
“Bab Tambahan dosa sebagaimana tambahan pahala pada waktu dan tempat yang mulia.” [Al-Adabus Syar’iyyah hal. 415]
Demikian juga penjelasan dari Syaikh Abdul Aziz bin Baz, beliau berkata:
ولما كان رمضان بتلك المنزلة العظيمة كان للطاعة Ùيه ÙØ¶Ù„ عظيم ÙˆÙ…Ø¶Ø§Ø¹ÙØ© كثيرة، وكان إثم المعاصي Ùيه أشد وأكبر من إثمها ÙÙŠ غيره
“Karena bulan Ramadhan memiliki kedudukan yang mulia dan pahala ketaatan apabila dilakukan pada saat itu besar dan dilipatgandakan, demikian juga dosa maksiat, lebih dahsyat dan lebih besar dosanya dibandingkan (apabila dilakukan) pada bulan lainnya.” [https://binbaz.org.sa/fatwas/13013]
Apabila ada yang bertanya, bukankah ada ayat yang menyatakan bahwa kebaikan dilipatgandakan sedangkan dosa dibalas sesuai kadarnya. Allah berfirman,
مَنْ جَاءَ Ø¨ÙØ§Ù„Ù’ØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ©Ù Ùَلَه٠عَشْر٠أَمْثَالÙهَا وَمَنْ جَاءَ Ø¨ÙØ§Ù„Ø³Ù‘ÙŽÙŠÙ‘ÙØ¦ÙŽØ©Ù Ùَلا ÙŠÙØ¬Ù’زَى Ø¥Ùلا Ù…ÙØ«Ù’لَهَا ÙˆÙŽÙ‡Ùمْ لا ÙŠÙØ¸Ù’Ù„ÙŽÙ…Ùونَ
“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-An’am: 160)
Terkait dengan ayat tersebut, sebagian ulama menjelaskan bahwa yang dilipatgandakan adalah kualitasnya adzab dan balasannya, bukan jumlah dosanya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh musthafa bin Saad Al-Hambali: