Waktu itu tugu yang dibangun pangeran sugri dinamakan sebagai Tangerang yang dalam bahasa Sunda berarti tanda, namun lama-kelamaan berubah sebutan menjadi Tangerang sebagaimana dikenal sekarang ini.
Peran Tangerang yang dipimpin oleh tiga Tumenggung yang berpusat di Tigaraksa sangat berpengaruh, khususnya untuk menghalau serangan musuh yang datang dari arah sudut.
Ia bahkan Tangerang menjadi salah satu benteng pertahanan Banten yang sangat kuat, dan sangat diperintahkan keberadaannya.
Setelah banyak peran dan Pertempuran yang dilakukan, dikisahkan bahwa kemudian pemerintahan tiga Tumenggung atau sang Tigaraksa tersebut harus tunduk dan menerima kekalahan pada tahun 1684, seiring dengan dibuatnya perjanjian antara pasukan Belanda dengan Kesultanan Banten.
Pada tahun tersebut, perjanjian tersebut memaksa seluruh wilayah Tangerang masuk kedalam kekuasaan Belanda kemudian Belanda membentuk pemerintahan.
Kabupaten yang lepas dari Kesultanan Banten dibawah pimpinan seorang bupati yang dipilih dan ditunjuk oleh Belanda, dengan jasa dan nama besar ketiga pemimpin itu nama mereka pun diabadikan menjadi nama salah satu jalan di Kabupaten Tangerang.
The Mercy lain menyebutkan tentang asal usul daerah serta nama Tigaraksa konon berawal dari diutus seorang ulama dari Banten untuk menyebarkan agama Islam di wilayah tersebut, yaitu bernama Syekh Mubarok diutus untuk menggantikan Syekh Mas masa seorang ulama utusan Banten yang meninggal dunia dalam tugas menyebarkan agama Islam.
Pada saat itu para penduduk yang masih memeluk agama Hindu, karena daerah tersebut berbatasan dengan wilayah Pajajaran.
Pergerakan semu baroque di perbatasan tentu saja sudah diketahui oleh pihak Pajajaran dan dikirimlah pasukan dibawah pimpinan timwas Slank dan Ki Buyut setengah.
Gimana Slank dan Ki Buyut seorang Panglima yang memiliki kemampuan olah kanuragan dan ilmu yang sangat Sakti.
Singkat cerita ketika di perbatasan kedua pihak pun bertemu, lalu mengutarakan maksud dan tujuannya hanya untuk menyebarkan agama Islam bukan untuk berperang.