SERANG, TOPmedia – Pemerintah Provinsi Banten berencana untuk bertemu dengan organisasi masyarakat (ormas) islam yang ada di Provinsi Banten. Hat tersebut, guna menyikapi insiden- dan isu yang berkembang terkait penyerangan ulama oleh oknum orang gila.
Selaitu, hal tersebut, juga perlu dilakukan untuk berkoordinasi dan menyamakan persepsi mengenai upaya preventif agar kejadian-kejadian tersebut tidak terjadi di Provinsi Banten.
“Rencananya nanti kita ketemui dengan ormas-ormas Islam di Banten, Pak Gubernur juga akan hadir. Tujuannya koordinasi dengan semuanya termasuk mendata juga hal-hal yang ditemui di lapangan oleh ormas-ormas,”ungkap Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Banten Ranta Soeharta.
Ranta juga mengungkapkan, pertemuan ini dipandang perlu lantaran penanganan terhadap orang gila yang biasa dengan yang ‘gila-gilaan’ itu tidak bisa disamakan. Namun, ia meminta kepada seluruh masyarakat untuk tidak panik, tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi informasi-informasi yang belum jelas kebenarannya.
“Dinas Sosial punya panti sebenarnya bisa jadi alternatif, tapi kalau gila beneran ya harus ke Rumah Sakit Jiwa, kan kita sedang proses untuk untuk RSJ Provinsi, jangan sampai dia ngamuk-ngamuk nggak jelas yang membahayakan dirinya dan orang lain,”tuturnya
Terkait RSJ Provinsi Banten, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten Sigit Wardjojo menjelaskan bahwa tahun ini tengah dilakukan pematangan lahan dan pemagaran. Sementara pembangunan fisik bangunan dilakukan tahun 2019. Untuk tahun ini, dialokasikan sebanyak Rp 2 milyar dengan luas sekira 9,3 hektare.
“Kemarin sudah masuk ULP (unit layanan pengadaan-red) dan sebelumnya sudah dievaluasi, hari ini atau lusa kemungkinan sudah tayang. Nanti tergantung proses lelangnya, kalau pengerjaan bisa selesai 2-3 bulanan,”kata Sigit
Sigit menjelaskan, keberadaan RSJ Provinsi Banten nantinya tidak hanya melayani masyarakat dengan gangguan kejiwaan atau syaraf, namun juga menangani rehabilitasi ketergantungan obat-obatan. Sementara, selama ini penanganan yang dilakukan baru sebatas fisiotherapi berbasis masyarakat dan belum berbasis rumah sakit.
“Untuk pembangunan fisik, DED (Detail Engineering Design-red) nya sudah ada. Dan itu nantinya ada dua sisi, yaitu RSJ dan rehabilitasi ketergantungan obat. Insyaallah 2019 sudah tahap pembangunan.”imbuh Sigit. (Ki/Red)