SERANG, TOPmedia - Sebanyak 322.285 anak usia sembilan bulan hingga 15 tahun di Provinsi Banten rupanya belum melakukan imunisasi measles rubella (MR). Capaian jumlah yang cukup banyak tersebut lantaran adanya penolakan dari masyarakat.
Kepala Seksi Surveilen dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi Banten, dr Rostina mengatakan, pemerintah memiliki target imunisasi di atas 95 persen dari 3.332.285 anak.
"Seharusnya, target imunisasi MR yang ditentukan pemerintah sampai 30 September 2017 di atas 95 persen dari 3.322.285 anak, namun terealisasi hanya 89,09 persen," ujarnya, seperti dikutip dari Antaranews.com, Minggu (1/10/2017).
Oleh karena itu, Rostina mengatakan, Dinas Kesehatan Provinsi Banten akan bekerja keras guna mencapai target imunisasi MR di atas 95 persen melalui perpanjangan waktu dua pekan ke depan. Perpanjangan waktu dimulai per tanggal 2 hingga 14 Oktober 2017, dengan menginstruksikan seluruh Puskesmas di daerah agar melakukan penyisiran atau sweeping ke rumah-rumah warga.
Hal tersebut bertujuan agar masyarakat yang memiliki anak di usia sembilan bulan hingga 15 tahun segera melakukan imunisasi. Selain sweeping ke rumah, petugas Puskesmas juga akan mendatangi sekolah-sekolah yang memiliki cakupan imunisasi MR cukup rendah.
"Kami yakin melalui sweeping itu akan mendongkrak partisipasi anak untuk divaksin imunisasi MR," ujar Rostina.
Ia mengatakan, Dinkes Provinsi Banten juga menggandeng Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk pencapaian imunisasi MR. Menurutnya, pelaksanaan imunisasi harus didukung untuk mencegah penyakit dan kecacatan tubuh anak akibat tidak divaksin campak dan rubella.
Selama ini, kata Rostina, kejadian luar biasa (KLB) penyakit kerap terjadi di Banten akibat imunisasi yang belum tuntas. Karena itu, Rostina menyampaikan, bagi pondok pesantren yang menolak imunisasi MR akan didatangi bersama MUI setempat.
"Kami minta santri ponpes dapat divaksin imunisasi MR guna mempersiapkan ke depan generasi bangsa yang sehat dan daya tahan tubuh kuat," katanya.
Menurut dia, selain alasan vaksin yang belum bersertifikat halal, penolakan masyarakat juga didasari rasa kekhawatiran para orang tua kepada anak-anaknya yang mengalami demam tinggi pasca imunisasi.
Atas dasar itu, Rostina semakin gencar mensosialisasikan kehalalan vaksin MR. Pihaknya juga berkeliling ke Dinkes dan Pusat Kesehatan Masyarakat di delapan kota/kabupaten dengan membawa perwakilan WHO. Sebab, kata dia, masalah imunisasi MR kini menjadi perhatian dunia.
"Kami minta masyarakat sudah tidak ada lagi penolakan imunisasi MR," kata Rostina. (Red)