islami

Indahnya Hidup, Ketika Tujuan Utamanya Mencari Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Minggu, 30 Mei 2021 | 20:00 WIB
*Foto Ilustrasi

TOPMedia - IMAM Ibnu Katsir menyebutkan dalam Tafsirnya bahwa: Suatu ketika Sayyidina Umar bin Khatthab ra bertanya kepada seorang sahabat yang bernama Ubay Ibnu Ka’ab ra tentang taqwa. Walaupun hal itu merupakan suatu hal yang sangat mereka ketahui, namun bertanya satu sama lainnya di antara mereka dalam rangka mendalaminya adalah hal yang sangat mereka sukai.

Kemudian shahabat Ubay balik bertanya: “Wahai Umar, pernahkah engkau melalui jalan yang dipenuhi duri?” Sayyidina Umar pun menjawab, “Ya, saya pernah melaluinya.”

Kemudian shahabat Ubay bertanya lagi: “Apa yang akan engkau lakukan saat itu?”

Sayyidina Umar menjawab: “Saya akan berjalan dengan sangat berhati-hati, agar tidak terkena duri itu.”
Lalu Shahabat Ubay pun berkata: “Itulah yang dinamakan takwa.”

Dari riwayat ini kita dapat mengambil sebuah pelajaran penting, bahwa takwa adalah kewaspadaan, rasa takut kepada Allah SWT, kesiapan diri, kehati-hatian agar tidak terkena duri syahwat dan duri syubhat di tengah perjalanan menuju Allah SWT, menghindari perbuatan syirik, meninggalkan perbuatan maksiat dan dosa, baik yang kecil maupun yang besar. Serta berusaha sekuat tenaga mentaati dan melaksanakan perintah-perintah Allah dengan hati yang tunduk dan ikhlas.

Setiap orang yang beriman pasti akan menyadari bahwa ia hidup di dunia hanya sementara dalam batas waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Usia manusia berbeda satu sama lainnya, begitu juga amal dan bekal ibadahnya.

Setiap orang yang beriman pun amat menyadari bahwa mereka tidak mungkin selamanya tinggal di dunia ini. Mereka memahami bahwa mereka sedang melalui perjalanan menuju kepada kehidupan yang kekal abadi. Sungguh sangat berbeda dan berlawanan sekali dengan kehidupan orang-orang yang tidak beriman.

Allah swt berfirman:

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ﴿ ١٦﴾ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ ﴿

“Tetapi kamu (orang-orang kafir) lebih memilih kehidupan duniawi. padahal kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Al-A’la: 16-17)

Sayangnya, kesadaran ini seringkali terlupakan oleh diri kita sendiri. Padahal, bukan tidak mungkin, hari ini, esok, atau lusa, perjalanan itu harus kita lalui, bahkan dengan sangat tiba-tiba.

Jiwa manusia yang selalu digoda oleh syaithan, diuji dengan hawa nafsu, kemalasan bahkan lupa, kemudian menjadi lemah semangat dalam mengumpulkan bekal dan beribadah, membuat kita menyadari sepenuhnya bahwa kita adalah manusia yang selalu membutuhkan siraman-siraman suci berupa Al-Quran, mutiara-mutiara sabda Rasulullah, ucapan hikmah para ulama, bahkan saling menasihati dengan penuh keikhlasan sesama saudara seiman. Sehingga kita tetap berada pada jalan yang benar, Istiqomah melalui sebuah proses perjalanan menuju akhirat menghadap Allah SWT.

Jika kita membuka kembali lembaran kisah salafus shalih, kita akan menemukan karakteristik amal yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ada di antara mereka yang konsen pada bidang tafsir, hadits, fiqih, pembersihan jiwa dan akhlak, atau berbagai macam ilmu pengetahuan lainnya.

Namun, satu persamaan yang didapat dari para ulama tersebut, yaitu kesungguhan mereka dalam beramal demi memberikan kontribusi terbaik bagi sesama umat manusia bahkan alam semesta. Sebuah karya yang tidak hanya bersifat pengabdian diri seorang hamba kepada Penciptanya, namun juga mempunyai nilai manfaat luar biasa bagi generasi berikutnya.

Halaman:

Tags

Terkini