islami

Mirip Dengan Kondisi Saat Ini? Inilah 10 Tanda Akhir Zaman Menurut Hadist Nabi Muhammad SAW

Selasa, 26 Januari 2021 | 15:39 WIB
Ilustrasi

Kalau diperhatikan informasi BMKG betapa gempa hampir terjadi tiap hari. Kejadian baru-baru ini di Mamuju adalah penting untuk dijadikan renungan. Kelak ketika kiamat sudah tiba, maka akan terjadi gempa yang lebih dahsyat. Oleh karena itu, fenomena gempa yang ada bisa dijadikan pemantik untuk mengingat dahsyatnya hari kiamat sehingga semakin gencar beramal shalih.

Sebelum era digital, orang sudah banyak yang merasa waktu terasa cepat. Di era digital seperti itu, waktu terasa semakin singkat dan cepat. Apa-apa sangat dimudahkan dimanjakan oleh kecanggihan teknoligi. Seoalah-olah waktu sudah seperti dilipat; terasa tidak ada jarak meski secara teritorial berjauhan.

Kalau diperhatikan dewasa ini, betapa fitnah memang sedang gencar-gencarnya. Di dalam negeri betapa sesama umat Islam saja kadang tak jarang yang saling tuduh. Beda orientasi politik saja sudah bermusuhan seolah-olah bukan saudara sesama Muslim. Pemebelahan internal umat terlihat dengan kasat mata. Umat Islam seolah dipaksa untuk berkubu-kubu: kalau tidak di kubu A, bararti divonis kubu B dan seterusnya.

Peristiwa pembunuhan sebelum pandemi, sudah sangat banyak diberitakan oleh berita-berita kriminal. Terlebih setelah pandemi, betapa banyak terjadi pembunuhan. Seorang ibu membunuh tiga anaknya lalu bunuh diri akibat kesusahan ekonomi dan masih banyak yang lainnya.

Keenam sampai sepuluh : (6) pemimpin bodoh (7) banyak aparat yang tak adil (8) hukum diperjual belikan (9) darah ditumpahkan dengan mudah (10) Saling memotong silaturahmi.

بَادِرُوا بِالْمَوْتِ سِتًّا: إِمْرَةَ السُّفَهَاءِ، وَكَثْرَةَ الشُّرَطِ، وَبَيْعَ الْحُكْمِ، وَاسْتِخْفَافًا بِالدَّمِ، وَقَطِيعَةَ الرَّحِمِ، وَنَشْوًا يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ يُقَدِّمُونَهُ يُغَنِّيهِمْ، وَإِنْ كَانَ أَقَلَّ مِنْهُمْ فِقْهًا

“Bersegeralah melakukan enam hal sebelum datang kematian: dari pemimpin bodoh, banyaknya ajudan (aparat yang tak menjalankan hokum dengan adil), hukum diperjualbelikan, darah tertumpah dengan mudah, saling memotong tali silaturrahmi, dan keturunan yang menjadikan Al Qur’an bagaikan seruling, mereka dahulukan siapa saja yang bisa menyanyikannya walaupun dia adalah orang yang tidak mengerti persoalan agama.”  (HR. Ahmad).

Di sini kita tidak hendak menuduh siapa-siapa, fenomena seperti jauh sebelum pandemi juga sudah banyak: bagaimana seorang pemimpin dipilih bukan berdasarkan keahlian dan kapasitasnya, tapi lebih dipilih karena citra dan elektabilitasnya, sehingga yang menang tidak otomatis yang layak dan patut mengemban kekuasaan. Ini bisa direnungkan di berbagai lini.

Dalam riwayat Ahmad yang lain disebutkan Nabi Muhammad ï·º bersabda kepada Ka’b bin’ Ujroh, “Semoga Allah melindungimu dari pemerintahan orang-orang yang bodoh”, (Ka’b bin ‘Ujroh Radliyallahu’anhu) bertanya, apa itu kepemerintahan orang bodoh? (Rasulullah ï·º) bersabda: Yaitu para pemimpin negara sesudahku yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak pula berjalan dengan sunnahku, barangsiapa yang membenarkan mereka dengan kebohongan mereka serta menolong mereka atas kedholiman mereka maka dia bukanlah golonganku, dan aku juga bukan termasuk golongannya, mereka tidak akan datang kepadaku di atas telagaku, barang siapa yang tidak membenarkan mereka atas kebohongan mereka, serta tidak menolong mereka atas kedholiman mereka maka mereka adalah golonganku dan aku juga golongan mereka serta mereka akan mendatangiku di atas telagaku.”

Demikian juga ketidak adilan juga banyak dijumpai. Hukum tegak hanyak ke bawah dan tumpul ke atas. Hanya ditegakkan kepada orang yang bersebrangan, tapi kepada kawan dan sejawat sendiri, tiba-tiba menjadi lunak.  Demikian pula kasus penumpahan darah dengan sangat mudah.

Fenomena memutus silaturahim juga sangat gencar diera digital. Memang kemajuan teknologi membuat silaturahim semestinya lebih gampang dan mudah. Namun, juga sangat gampang terputus. Hanya karena beda pendapat, beda pilihan politik, beda dukungan dan perbedaan kecil lainnya yang seharusnya tak semestinya memutus silaturahim, akhirnya terputus dan berkelanjutan di media sosial. Saling sindir, bully, nyinyir dan lain seabagainya.

Sebenarnya, masih banyak hadits-hadits lain mengenai fenomena akhir zaman. Hanya saja, 10 tanda dalam tulisan ini kiranya cukup untuk dijadikan pelajaran bahwa kiamat semakin dekat. Tanda-tanda kecilnya sudah banyak terjadi. Melihat tanda-tanda ini, seyogianya membuat umat Islam kian mengintrospeksi diri, memperbanyak amal shalih, menjaga persatuan dan kesatuan serta sibuk menyiapkan bekal untuk akhirat. (Redaksi)

 

 

Sumber: hidayatullah.com

Halaman:

Tags

Terkini