TOPmedia - Apakah betul mayit akan disiksa karena tangisan keluarganya sepeninggal mereka? Lalu tangisan seperti apa yang membuat mayit disiksa?
Asalnya, seseorang tidaklah disiksa melainkan karena usahanya sendiri. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
ÙƒÙÙ„ÙÙ‘ Ù†ÙŽÙْس٠بÙمَا كَسَبَتْ رَهÙينَةٌ
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya” (QS. Al Mudattsir: 38).
Begitu pula dalam ayat,
وَلَا ØªÙŽØ²ÙØ±Ù ÙˆÙŽØ§Ø²ÙØ±ÙŽØ©ÙŒ ÙˆÙØ²Ù’رَ Ø£ÙØ®Ù’رَى
“Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (QS. Fathir: 18).
Kemudian ada beberapa hadits shahih yang menunjukkan bahwa mayit disiksa karena tangisan keluarganya. Muncullah kerancuan dalam memahami hal ini sehingga para ulama pun berselisih.
‘Umar bin Al Khottob, ‘Abdullah bin ‘Umar dan jumhur (mayoritas) ulama berpendapat bahwa mayit disiksa karena tangisan keluarganya. Namun siksa tersebut dipahami (ditakwil) dengan makna lain sehingga tidak bertentangan dengan hukum asal.
Beberapa dalil yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ø¥ÙÙ†ÙŽÙ‘ الْمَيÙّتَ Ù„ÙŽÙŠÙØ¹ÙŽØ°ÙŽÙ‘Ø¨Ù Ø¨ÙØ¨Ùكَاء٠أَهْلÙه٠عَلَيْهÙ
“Sesungguhnya mayit akan disiksa karena tangisan keluarganya padanya” (HR. Bukhari no. 1286 dan Muslim no. 927).
Dalam hadits lain dari ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,