TOPMEDIA – Dinamika kontribusi artis dan sutradara perempuan dalam film Indonesia punya banyak warna di gelaran Festival Film Indonesia 2022 (FFI 2022). Sutrada Kamila Andini raih 11 nominasi.
Karya dan peran sutradara perempuan Kamila Andini di FFI 2022 memberikan kontribusi ganda, identitas dan kontribusi sutradara perempuan.
Film karya sutradara perempuan Kamila Andini dalam filmnya Before Now And Then (Nana) yang berhasil meraih 11 nominasi di FFI 2022.
Baca Juga: Link Nonton Festival Film Indonesia 2022, Berikut Jumlah Nominasinya!
Saat ini peran artis dan sutrada perempuan dalam film indonesia tidak melulu diskriminasi, kemiskinan, pendidikan, dan daerah pinggiran.
Tema Peremuan di Festival Film Indonesia 2022 sebagai domain baru ragam nilai identitas dibuat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Kebudayaan dan Badan Perfilman Indonesia.
Sutradara perempuan mulai menikmati peran publik yang selama ini sulit diraih pada periode sebelumnya di film indonesia. Posisi mereka mulai bergeser dari area domestik ke area publik.
Baca Juga: Cara Nonton Festival Film Indonesia 2022, Berikut link nontonnya FFI 2022!
Film Before Now And Then (Nana) karya sutradara perempuan Kamila Andini mengangkat tradisi Sunda dan berkisah tentang perempuan Sunda “pulang kampung”.
Hal inilah yang juga terjadi pada posisi perempuan dalam perfilman Indonesia, peran mereka mulai mengalami transformasi dari dalam layar ke balik layar yang membawa dampak bagi perkembangan film indonesia.
Sutradara perempuan film indonesia seperti Kamila Andini telah memasukkan unsur-unsur pemberdayaan dan identitas perempuan dalam karya film Before Now And Then (Nana).
Baca Juga: Begini Awal Mula Sejarah Festival Film Indonesia 2022, Berikut Ulasan Lengkapnya
Berikut ulasan pergeseran artis film dan transformasi kontribusi sutradara perempuan dalam film indonesia.
Artis dan sutrada perempuan dalam film indonesia saat ini tampaknya telah keluar dari simpul-simpul patriarki dalam budaya Indonesia dalam sejarah sutradara perempuan film indonesia dimulai dari Sofia WD dan Ida Farida.
Sejak awal perempuan diketahui terlibat dalam perfilman Indonesia, namun dalam perkembangannya mereka jarang dihadirkan dalam perbincangan sejarah sutradara perempuan film indonesia.